SuaraSumsel.id - Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki sejumlah pusat kerajinan yang kemudian menjadi destinasi wisata. Salah satunya berada di Tuan Kentang Palembang yang lebih dikenal dengan kampung jumputan Tuan Kentang.
BRI hadir sekaligus menghidupkan digitalisasi para pengrajinnya. Di kampung dengan puluhan pengrajin kecil dan skala rumahan dikenalkan sistem digital perbankan yang lebih memudahkan.
BRI kemudian menyebutnya sebagai klaster dampingan kampung jumputan Tuan Kentang Palembang. Ketua kelompok klaster, Udin Abdillah mengungkapkan pengrajin di kampung Tuan Kentang sudah menjadi generasi turunan menghasilkan produk umkm berupa kain tenun, blongsong dan jumputan.
Dalam perjalanannya, pengrajin menghadapi sejumlah tantangan baik bahan baku sampai ke pemasarannya. Meski kemudian banyak perbankan yang hadir, namun hanya BRI yang memberikan pendampingan menyeluruh di kampung pengrajin ini.
Baca Juga:Korupsi Dana Hibah KONI Sumsel Rp 37 Miliar, Ketua Cabor Bergantian Diperiksa Kejati
“Palembang punya motif kain tersendiri, karena pengrajin mewariskan dari orang tua yang sudah dahulu menghasilkan motif kain tersebut. Karena itu, di dekade 90 an, upaya mewariskan terus dipertahankan dan ditekuni,” ujar pengrajin Udin yang merupakan generasi keempat sebagai penenun.
Dia mengungkapkan motif Palembang sudah makin dikenal baik nasional dan mancanegara. Pengrajin Palembang membidik pasar di Pulau Jawa dan makin ingin bisa dikenal lebih luas.
BRI sejak tahun 2017, mendampingi mulai dari memberdayakan masyarakat sekitar terutama generasi muda agar mau melanjutkan sekaligus melestarikan kain tradisional Palembang. Para generasi muda akan belajar proses pembuatannya.
“Karena jika orang muda tidak belajar, tentu pengetahuan kain tidak terwariskan. Pengrajin juga akan sulit mendapatkan SDM yang mau mewariskan,” ujar ia.
BRI mendampingi anak-anak muda di kampung ini untuk mengembangkan, berinovasi sekaligus membentuk kelompok-kelompok belajar. “Awalnya belajar, kemudian ada rasa cinta, dan berkreasi mengembangkannya,” imbuh Udin.
Baca Juga:Kepala Daerah di Sumsel Mulai Mundur dari Jabatan Karena Daftar Caleg, Incar Kursi DPR
Selain itu, BRI juga membenahi lingkungan. Sebagai kawasan destinasi wisata, BRI menata lingkungan dengan lebih kekinian. “Misalnya rumah-rumah pengrajin dicat, dibuatkan mural, diperbolehkan melihat proses pembuatan kain. Idenya bagaimana mengundang pengunjung ke kampung ini walau tidak selalu harus belanja,” ucapnya.
BRI juga menyalurkan Kredit Usaha Kecil (KUR) sampai permodalan UMKM, “Bantuan modal dan sangat membantu. Modal bisa dimanfaatkan untuk berusaha sekaligus ada pendampingan dan bagaimana bantuan modal di-manajemen dengan baik,” ucapnya.
Di kampung ini pun setiap pengrajin yang memiliki galeri melengkapinya dengan layanan QRIS BRI. Hal ini guna mempermudahkan transaksi dari pelaku atau pengrajin dan pembeli.
Para pengrajin pun menyediakan QRIS statis yang bisa digunakan pengrajin saat ada transaksi dengan pembeli. Kemudahan ini membuat pembeli pun tidak perlu membawa uang tunai.
Malah, kata Udin, pengakuan pengrajin jika pakai uang tunai menyulitkan. “Jika pakai uang sekarang ribet. QRIS memudahkan pengrajin, dan pembeli. Pakai QRIS itu lebih simpel, tinggal di-tap, transaksi sudah bisa dilakukan,” pungkas Udin.