Pengamat: Prabowo Subianto Terpancing Emosi Diserang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo

Anies seolah-olah menjalankan strategi Tsun Tzu yang menekankan bila pertahanan terbaik adalah menang.

Tasmalinda
Senin, 08 Januari 2024 | 15:04 WIB
Pengamat: Prabowo Subianto Terpancing Emosi Diserang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo
Prabowo Subianto saat Debat Capres Ketiga di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraSumsel.id - Debat ketiga ini semakin mempertegas pola relasi antar calon Presiden (capres). Prabowo Subianto yang telah memiliki elektabilitas relatif lebih terkonsolidasi dengan tampil bertahan.

Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Choirul Umam.  Ia menyebutkan capres Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo terlalu sering menyerang Prabowo Subianto selama Debat Ketiga Capres Pemilu 2024 Minggu malam (7/1).

"Debat ketiga ini semakin mempertegas pola relasi antarcapres. Prabowo yang telah memiliki elektabilitas yang relatif lebih terkonsolidasi, tampil bertahan; sedangkan Anies dan Ganjar terlihat kompak bersama-sama menyerang Prabowo untuk mengejar ketertinggalan basis dukungan elektabilitas mereka," kata Ahmad di Jakarta, Senin.

Menyoroti penampilan ketiga capres dalam debat di Istora Senayan, Jakarta, Minggu malam, Ahmad menilai selama debat Anies langsung menyerang lebih awal atau preemptive attack, terutama pada pribadi Prabowo selaku menteri pertahanan.

Baca Juga:Detik-Detik Kecelakaan Maut di Tol Palindra Sumsel, Caleg PPP Tewas Mengenaskan

Anies seolah-olah menjalankan strategi Tsun Tzu yang menekankan bila pertahanan terbaik adalah menang.

Ahmad juga menilai mantan gubernur DKI Jakarta itu masih terbawa suasana pada Debat Pertama Capres Pemilu 2024, di mana serangannya dinilai mendapatkan poin politik lebih tinggi..

Anies bahkan tak segan menyebut presiden sebagai "panglima diplomasi" berulang kali. Dia tampak ingin menyentil Presiden Joko Widodo yang tidak tampil secara impresif dalam diplomasi global.

Belum lagi, soal pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas dan adanya "orang dalam" membuat praktik korupsi dan kebocoran anggaran dalam belanja alutsista di Indonesia.

Sayangnya hantaman-hantaman, seperti penilaiannya atas ketidakberhasilan lumbung pangan atau food estate yang dirasa dapat menciptakan poin politik, justru dianggap terlalu berlebihan.

Baca Juga:Ditahan Kejati, Begini Modus 3 Direktur Perusahaan Suap Dirjen Pajak Sumsel

"Dalam debat, serangan kepada lawan tentu sangat penting untuk menciptakan poin politik guna mendelegitimasi kredibilitas lawan. Namun, di saat yang sama, jika serangan itu disampaikan berlebihan, hal itu bisa berpeluang memunculkan rasa simpati publik terhadap pihak yang mendapatkan hantaman bertubi-tubi," kata Ahmad.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini