- Setelah drama panjang penuh ketegangan, Wali Kota Prabumulih H. Arlan dan Kepala Sekolah SMPN 1 Roni Ardiansyah akhirnya memilih jalan damai dengan saling meminta maaf.
- Di balik perdamaian itu, ada konsekuensi nyata: putri Wali Kota yang menjadi pusat insiden awal dipindahkan dari SMPN 1 ke SMPN 5 Prabumulih.
- Kasus ini menjadi pengingat pentingnya komunikasi, kepekaan sosial, dan kerendahan hati, terutama bagi pejabat publik.
SuaraSumsel.id - Setelah melewati drama panjang yang penuh dengan ketegangan, kontradiksi, dan amarah publik, kisah Wali Kota Prabumulih H. Arlan dan Kepala Sekolah SMPN 1 Roni Ardiansyah akhirnya menemukan akhir yang menyejukkan.
Dalam sebuah momen yang penuh haru, kedua belah pihak secara ksatria memilih jalan damai dengan saling menyampaikan permohonan maaf.
Momen rekonsiliasi ini menjadi penutup dari saga yang telah menyita perhatian nasional selama berminggu-minggu. Baik Wali Kota Arlan maupun Kepsek Roni Ardiansyah menunjukkan kebesaran hati, mengakui adanya miskomunikasi, dan sepakat untuk mengakhiri polemik demi menjaga kondusivitas di Kota Prabumulih, terutama di lingkungan pendidikan.
Permintaan maaf dari kedua belah pihak ini sontak menuai apresiasi dari publik yang selama ini mengikuti perkembangan kasus.
Baca Juga:5 Fakta Baru Anggota DPRD PDIP 'Rampok Uang Negara': 'Dihabisi' Kekasih Gelap Usai Tolak Nikah
Harga Sebuah Kedamaian: Sang Anak Pindah Sekolah
Di balik momen damai ini, ada sebuah konsekuensi nyata yang menjadi "harga" dari seluruh kegaduhan yang terjadi. Putri Wali Kota H. Arlan yang berinisial AM, yang berada di pusat insiden awal, kini tak lagi tercatat sebagai siswi di SMPN 1 Prabumulih.
Berdasarkan konfirmasi resmi dari pihak sekolah, AM dikabarkan telah pindah dan kini resmi tercatat sebagai siswi di SMPN 5 Prabumulih.
Perpindahan ini disebut dilakukan secara administratif sesuai dengan aturan yang berlaku, dan diyakini sebagai langkah terbaik untuk melindungi kondisi psikologis sang anak dari sorotan publik yang terus-menerus, sekaligus untuk mencegah potensi gesekan di masa depan.
Mengingat Kembali Drama yang Menguras Emosi
Baca Juga:Sudah Ramai di Medsos, Kini Wali Kota Prabumulih Siap-Siap Terima Sanksi dari Gubernur Herman Deru
Resolusi damai ini terasa begitu melegakan mengingat betapa rumitnya drama yang telah terjadi. Semua berawal dari pencopotan mendadak Roni Ardiansyah setelah ia menegur siswa yang diduga putri Wali Kota karena membawa mobil ke sekolah.
Kasus ini meledak setelah video perpisahan Roni dengan para siswanya yang menangis menjadi viral.
Situasi semakin keruh ketika klarifikasi dari pihak Pemkot Prabumulih justru penuh dengan kontradiksi. Wali Kota Arlan sempat menyebut kabar pencopotan itu hoaks dan hanya ada teguran, sementara Kadisdikbud dan Roni sendiri kompak mengakui bahwa sertijab telah dilakukan.
Tekanan publik yang masif, ditambah dengan intervensi dari Gubernur Sumatera Selatan yang mengirim tim khusus, akhirnya memaksa semua pihak untuk duduk bersama dan mencari solusi terbaik.
Kini, dengan permintaan maaf yang tulus dan kepindahan sang anak, drama ini diharapkan benar-benar telah usai.
Kisah ini menjadi pelajaran mahal bagi semua pihak tentang pentingnya komunikasi, kepekaan sosial, dan kerendahan hati dalam menyelesaikan masalah, terutama bagi seorang pejabat publik.