Pindang Sebagai Mitigasi Lingkungan Dan Budaya Sumsel

Adapun bahan baku pindang, seperti ikan dan rempah-rempah, didapatkan dan ditemukan di tiga ekosistem tersebut.

Tasmalinda
Selasa, 01 November 2022 | 06:05 WIB
Pindang Sebagai Mitigasi Lingkungan Dan Budaya Sumsel
Teater Potlot [dok]

SuaraSumsel.id - Pindang ikan ialah kuliner khas masyarakat melayu di Sumatera Selatan (Sumsel). Pindang ikan menandakan lanskap di Sumsel yang terbagi dalam tiga ekosistem yakni dataran tinggi, rendah dan pesisir, yang terhubung melalui ratusan sungai.

Adapun bahan baku pindang, seperti ikan dan rempah-rempah, didapatkan dan ditemukan di tiga ekosistem tersebut.

Ada sembilan sungai besar yang menghubungkan tiga ekosistem tersebut, yang disebut “Batanghari Sembilan”, yakni Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Rawas, Sungai Kelingi, Sungai Rupit, Sungai Batanghari Leko, Sungai Lakitan, dan Sungai Musi.

“Masakan pindang ikan yang beragam bumbu juga menandakan masyarakat Melayu di Sumatera Selatan terbuka, sehingga masakan pindang menjadi media alkulturasi berbagai suku bangsa di Sumatera Selatan,” kata T. Wijaya, dari Teater Potlot.

Baca Juga:Dua Saksi Dugaan Korupsi BUMD Sumsel Diperiksa KPK di Mako Brimob Polda

“Selain itu, masakan pindang juga menjadi media ekspresi dan komunikasi perempuan Melayu. Aktifitas ini disebut mindang, yakni masak pindang bersama dalam sebuah pertemuan keluarga,” lanjut T.Wijaya.

Keberadaan kuliner pindang ikan ini, membuat pemerintah berupaya melindunginya dengan cara menetapkan masakan pindang sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Kemendikbud pada Tahun 2018.

Terancam

Pada hari ini, masakan pindang di Sumatera Selatan mulai terancam. Perubahan bentang alam, seperti kerusakan sungai, rawa gambut, dan hutan, mengakibatkan berkurang atau hilangnya bahan baku masakan pindang. Sekitar 4,5 juta hektar hutan dan rawa gambut (kawasan daerah aliran sungai-DAS) di Sumatera Selatan mengalami perubahan peruntukan.

“Jika masakan pindang hilang, berdampak hilangnya jejak alkulturasi, media ekspresi dan komunikasi kaum perempuan Melayu, serta sumber ekonomi masyarakat [usaha mikro],” kata T. Wijaya.

Baca Juga:Ayo Ngelong Ke Lubuklinggau, Kenalkan Kota di Sumsel Selain Palembang

Beranjak dari persoalan tersebut Teater Potlot melaksanakan program “Pindang: Merawat Sungai dari Dapur Ibu”. Program yang didukung Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam bentuk program hibah Fasilitasi Bidang Kebudayaan [FBK] 2022, dalam bentuk tiga kegiatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini