Deflasi di Sumatera Selatan: Fakta Menarik di Balik Turunnya Harga Pangan Strategis

Dengan strategi tersebut, Sumsel optimistis mampu menjaga stabilitas harga sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Tasmalinda
Kamis, 04 September 2025 | 10:42 WIB
Deflasi di Sumatera Selatan: Fakta Menarik di Balik Turunnya Harga Pangan Strategis
Ilustrasi pangan strategis seperti cabai. [Istimewa]
Baca 10 detik
  • Sumatera Selatan mencatat deflasi sebesar 0,04% (mtm) pada Agustus 2025,
  • Selain pangan, deflasi Sumsel juga dipengaruhi turunnya tarif angkutan udara berkat promo maskapai
  • Ke depan, TPID Sumsel bersama BI memperkuat strategi 4K m

SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan mencatat deflasi sebesar 0,04% (mtm) pada Agustus 2025, sebuah fenomena yang cukup menarik di tengah tren kenaikan harga pangan di sejumlah daerah lain.

Penurunan harga komoditas strategis, ditambah faktor eksternal seperti promo tiket pesawat, menjadi kunci utama di balik capaian tersebut.

Kontributor terbesar deflasi kali ini adalah daging ayam ras dengan andil 0,06% (mtm). Pasokan ayam di pasaran cukup melimpah, sementara tingkat konsumsi masyarakat belum mampu menyerap sepenuhnya, sehingga harga terkoreksi turun.

Selain ayam, tomat dan cabai rawit juga menjadi penekan inflasi, masing-masing menyumbang deflasi sebesar 0,06% dan 0,05%.

Baca Juga:Viral di Pagaralam: Ratusan Kucing Disembelih, Dagingnya Dijual Keliling Kota Bikin Warga Syok

Kondisi ini terjadi seiring masuknya hasil panen dari berbagai daerah sentra. Bawang putih pun mengalami penurunan harga, dipicu oleh turunnya harga impor dari China.

Adapun beras mengalami penurunan harga berkat kombinasi panen gadu padi dan distribusi beras SPHP Bulog yang semakin intensif di pasar.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Bambang Pramono, capaian ini mencerminkan efektivitas berbagai langkah pengendalian harga.

“Deflasi Agustus terutama disumbang oleh turunnya harga pangan strategis. Ayam ras, tomat, cabai rawit, bawang putih, dan beras menjadi komoditas yang memberi andil besar. Kondisi ini sangat membantu menahan laju inflasi, meski secara tahunan inflasi masih berada di angka 3,04%,” jelasnya.

Tidak Hanya Pangan, Transportasi Ikut Turun

Baca Juga:394 Kasus Karhutla Hantui Sumsel Sepanjang Agustus, Ogan Ilir Jadi Episentrum Api

Menariknya, deflasi Sumsel tidak hanya didorong oleh pangan.

Tarif angkutan udara juga terkoreksi cukup signifikan berkat promo besar-besaran maskapai dalam rangka HUT RI ke-80. Faktor nonpangan ini menambah daya dorong deflasi, memberi angin segar bagi mobilitas masyarakat.

Secara spasial, deflasi tercatat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (-0,11%) dan Kota Palembang (-0,07%). Namun, dua daerah lain justru mengalami inflasi, yakni Kabupaten Muara Enim (0,22%) dan Kota Lubuk Linggau (0,07%). Perbedaan ini menunjukkan dinamika lokal yang dipengaruhi pola konsumsi, distribusi, dan ketersediaan barang di masing-masing wilayah.

Meski deflasi terjadi pada Agustus, potensi inflasi tetap ada di periode mendatang.

Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Maulid Nabi Muhammad SAW yang bertepatan dengan long weekend awal September diperkirakan akan mendorong konsumsi masyarakat.

Tekanan bisa muncul dari sektor transportasi darat maupun udara, serta peningkatan permintaan bahan pangan tertentu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?