Merayakan Reuni, Haus Prestasi dan Politik 2024 di Big Match Para Legenda SFC

Big Match yang mempertemukan para legenda besutan coach (pelatih) Kas Hartadi dan Rahmad Darmawan itu pun menjadi pengobat rindu para suporter,

Tasmalinda
Senin, 01 Juli 2024 | 14:00 WIB
Merayakan Reuni, Haus Prestasi dan Politik 2024 di Big Match Para Legenda SFC
Para suporter Sriwijaya FC ultras Palembang menyalakan kembang api [ANTARA]

SuaraSumsel.id - Gema  lirik lagu 'Sriwijaya Kito Pacak' terus dinyanyikan sampai akhir pertandingan yang mempertemukan para legenda Sriwijaya FC, Minggu (30/6/2024) kemarin. Muncul rasa kerinduan, keharuan, suka cita, merayakan reuni yang berharap agar klub Sriwijaya FC kembali menoreh prestasi membanggakan.

Big Match yang mempertemukan para legenda besutan coach (pelatih) Kas Hartadi dan Rahmad Darmawan itu pun menjadi pengobat rindu para suporter, penggemar sekaligus masyarakat Palembang nan haus hiburan dan kegembiraan akan prestasi olahraga.

Sorak penonton, pendukung dan para suporter bertalu-talu memberikan semangat kepada para legenda Sriwijaya FC. Seolah memutar memori kemenangan yang membawa Sriwijaya FC punya nama besar dan dibanggakan.

Ya, yang bermain di laga legenda ialah tim menoreh sejarah emas Sriwijaya FC nan mampu meraih double winner pada musim yang sama.  Atas keberhasilan itupun, klub yang dibesarkan setelah dibangunnya Stadion Jakabaring Palembang sebagai rumah mereka (homebase), meraih gelar Muri atas prestasi membanggakan tersebut.

Baca Juga:Inovasi Kue Tradisional Palembang: Sensasi Baru Kojo Ketan Hitam Buatan Bunda Rayya

Memori keberhasilan 14 tahun yang lalu sangat dirindukan kembali hadir di rumah besar Sriwijaya FC.

Para legenda Sriwijaya FC beradu gengsi di Big Match Sriwiijaya FC [ANTARA]
Para legenda Sriwijaya FC beradu gengsi di Big Match Sriwiijaya FC [ANTARA]

"Mari kita satukan hati.. Berjuang demi Sriwijaya.. Kejayaan raih kembali.. Sumsel raih prestasi.. Laskar Wong Kito, itulah Kami.. Sriwijaya Kito Pacak!," lirik lagu kebanggan (anthem) yang berkumandang sekaligus mempersatukan tiga kelompok suporter.

Sriwijaya FC (SFC) memang punya kelompok suporter yang besar. Jika klub bola lain memiliki satu atau dua kelompok suporter, namun Sriwijaya FC punya tiga kelompok suporter.

Setiap SFC bertanding di Stadion Jakabaring Palembang, para suporter pun siap turun ke stadion menciptakan atmosfer dukungan yang tidak bisa diremehkan klub lawan.

Bertanding di Jakabaring setidaknya bersiap menyaksikan tiga kelompok suporter dengan kecintaan dan loyalitas memberikan persembahan dukungan terbaik mereka.

Baca Juga:Viral Digopong di Hajatan, Mawardi Yahya Ungkap Kondisi Kesehatan Jelang Pilgub 2024

Euforia itu pula yang dirasa saat pertandingan menghadirkan para legenda. Tidak hanya para pelatih legenda seperti Rachmad Dermawan dan Kas Hartadi hadir, sejumlah pemain bintang didatangkan juga kembali dielu-elukan teramat sangat saat laga berlangsung.

Rahmad Darmawan menghadirkan barisan pemain bintang diantaranya kiper asli wong Palembang, Ferry Rotinsulu, pemain asing Kayamba Gumbs, Ambrizal, Muhammad Nasuha, Wijay, Charis Yulianto, Toni Sucipto, Oktavianus, Benben Berlian, dan Cristian Warobay.

Di tim pelatih Kas Hartadi pun membawa pasukan yang merupakan para legenda di era 2012, yakni penjaga gawang Rifki Mokodompit, Budi Sudarsono, pemain ternama Firman Utina, Siswanto, Tantan, Mahyadi Panggabean, Muhammad Ridwan, Supardi Nasir, Bobby Satria, Ahmad Juprianto, Ponaryo Astaman, Arif Suyono, dan Amirul Mukminin.

Saat penggagas kegiatan, Syahrial Oesman kembali mengenalkan para pemain legenda di awal pertandingan maka terasa mereka yang dingat dan dielu-elukan penonton dan suporter.

Bagaimana saat sejumlah nama pemain bintang disebutkan, riuh penonton memberikan tepuk tangan dan sorak dukungan sebagai bentuk apresiasi atas prestasi personalnya. 

Penonton juga terobati dengan pertandingan sengit kedua tim yang menghibur, hingga harus berakhir dengan adu pinalti. 

Meski yang bertanding adalah para legenda berprestasi, namun beberapa kali juga terjadi miskomunikasi (kesalahan koordinasi) taktik pertandingan di lapangan.  Karena memang untuk mewujudkan tim solid di lapangan membutuhkan latihan intensif (kembali).

Sampai dengan posisi seri 7-7 adu penalti, kemampuan pemain legenda mengoyak gawang lawang membuat penonton masih bergantian riuh.

Barulah pertandingan berakhir dengan skor akhir 8-7 nan seolah memperlihatkan jika kedua tim bermain dengan serangan dan bertahan yang sama jagonya.

Pertandingan para legenda Sriwijaya FC [ANTARA]
Pertandingan para legenda Sriwijaya FC [ANTARA]

Janji Politik 2024

Pertandingan para legenda Sriwijaya FC ini dibiayai oleh pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Mawardi Yahya dan Anita Noeringhati.

Di awal pertandingan ada momen yang bisa dikatakan sakral, di mana ketiga kelompok suporter membuat komitmen pada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumsel ini.

Mereka ingin agar pasangan Mawardi dan Anita berkomitmen memajukan klub Sriwijaya FC kembali ke liga 1. Komitmen ini menjadi bentuk dukungan agar pasangan ini memimpin Sumsel.

Anita dalam sambutannya di waktu turun minum menegaskan jika ia dan Mawardi Yahya tidak mempolitisasi olahraga dalam hal ini, klub Sriwijaya FC dan suporternya. 

Namun ia berkeinginan dan punya tekad yang sama untuk mengembalikan Sriwijaya FC pada prestasi-prestasi membanggakan. “Mohon dukungannya, kita sama-sama mengembalikan kejayaan tersebut,” pinta Ketua DPRD Sumatera Selatan (Sumsel) ini.

Politisi Partai Golkar ini pun berharap olahraga di Sumsel makin maju. 

Namun jika memimpin Sumsel nantinya, pasangan Mawardi Yahya dan Anita Noeringhati pun menhadapi tantangan mengelola klub bola yang sudah tidak bisa lagi menyandarkan pada keuangan daerah (APBD).

Yakni tantangan menghidupkan klub bola dengan menempatkannya pada pendekatan ‘kecintaan olahraga dan sepakbola sebagai olahraga semua kalangan” pada pihak-pihak berpunya kemampuan dan keuangan mumpuni membiayai klub seperti Sriwijaya FC.

Perjalanan di liga 2, Sriwijaya FC musim 2023/2024 lalu sebenarnya memperlihatkan tren baik. Di group A, laskar wong kito ini cukup tangguh menghadapi klub besar Pulau Sumatera seperti PSPS Medan dan Semen Padang FC. 

Sriwijaya FC mulai memperlihatkan trend menurun saat perempat final, tepatnya setelah mendapatkan sanksi saat menjamu Semen Padang FC yang dinilai merugikan klub. Kemudian trend laganya tidak lagi menanjak tajam.

Sehingga mungkin benar kirannya, mengembalikan Sriwijaya FC seperti memori para legenda belasan tahun yang lalu atau sebagai klub bola profesional ialah upaya  merangkul banyak dukungan dari banyak pihak (sebanyak-banyaknya).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Bola

Terkini