Rajut Keharmonisan Gajah Sumatera Dan Manusia Lewat Dongeng Dan Film

Setidaknya 48 individu gajah liar hidup di kantong Sugihan-Simpang Heran, yang terbagi bagi dalam empat kelompok.

Tasmalinda
Kamis, 04 Agustus 2022 | 19:16 WIB
Rajut Keharmonisan Gajah Sumatera Dan Manusia Lewat Dongeng Dan Film
Pendongeng Inug Dongeng menceritakan dogeng gajah Sumatera [dok]

SuaraSumsel.id - Seratusan siswa dan guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Desa Jadimulya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan, sedih dan tertawa, ketika Inug Dongeng mengisahkan seorang anak yang melarang keluarganya dan warga di dusunnya mengusir gajah yang masuk ke kebunnya, dengan cara yang kasar.

“Siapa yang lebih dulu hidup di sini (Air Sugihan), gajah atau manusia?” tanya Inug, seusai pertunjukan, Sabtu (15/07/2022).

“Gajah!” jawab puluhan siswa dengan suara lantang.

“Nah, maka kita harus hormat dan sayang dengan gajah. Kita harus berbagi tempat hidup dan juga makanan. Kita tidak boleh berkata dan bertindak kasar dengan gajah, sebab kalau gajah marah kita akan rugi,” jelas Inug.

Baca Juga:Inflasi Sumsel di Penghujung Tahun 2022 Diprediksi Naik Namun Terkendali

“Kalau kita baik dan hormat dengan gajah, dia juga akan baik dengan kita. Tapi, jangan sesekali mendekati gajah liar, sebab dia adalah satwa. Satwa yang besar dan kuat, kalau dia bercanda pasti cideralah kita. Kucing yang bercanda saja sering melukai kita,” kata Inug.

Inug Dongeng adalah seniman dongeng dan pendidik yang menetap di Palembang. Pria kelahiran Yogyakarta ini sering tampil sebagai pendongeng di stasion televisi atau sekolah. Di rumahnya, Inug dan istrinya mengajar sastra, teater, dan berdongeng, kepada sejumlah anak-anak kampung.

Kepala SDN 1 Jadi Mulya, Gomfrid Tambunan, dalam sambutannya mengajak para siswa di sekolahnya untuk bersama-sama menjaga dan menyayangi gajah. “Gajah kan hidup lebih dulu dari manusia di Bumi, maka manusia wajib melindungi gajah,” katanya.

Seusai pertunjukan para siswa menuliskan pesan dan kesan. Misalnya ditulis Via Dona Arsinta yang berharap bisa hidup berdampingan dengan gajah. “Semoga kita bisa hidup bedampingan dengan gajah”, Faiz Habib Nasrullah menulis, “Kita tidak boleh membuat rumah di jalan gajah”, atau Ria Susanti menulis, “Dengan adanya gajah kita bisa melestarikan hutan”.

Para siswa selain mendapatkan buku saku tentang gajah Sumatra, juga mendapatkan bingkisan jika menang dalam kuis tentang gajah, yang diadakan setelah pertunjukan dongeng.

Baca Juga:Modus Pembobol ATM Lintas Provinsi: 26 ATM Bank Sumsel Babel Dibongkar Dengan Alat Capit

Sedikitnya 400 siswa dari delapan sekolah dasar yang akan mendengarkan dongeng dari Inug Dongeng. Yakni para siswa SDN 1 Desa Jadimulya, SDN 1 Desa Sido Makmur, SDN 2 Desa Sido Makmur, SDN 1 Desa Banyubiru, SDN 2 Desa Banyubiru, SDN 1 Srijaya Baru, MI Nurul Huda Desa Srijaya Baru dan SDN 1 Sukamulya.

Pertunjukan dongeng ini merupakan bagian dari kegiatan “Gajah dan Manusia Hidup Harmonis” yang merupakan edukasi tentang gajah bagi para siswa sekolah dasar di Kecamatan Air Sugihan, yang berlangsung Juli-September 2022.

Selain dongeng, juga dilakukan pembuatan lagu dan film dokumenter. Film ini akan menampilkan cuplikan pertunjukan dongeng oleh Inug Dongeng, pandangan pakar gajah, pemerintah desa, tokoh masyarakat, para guru, serta para siswa.

“Film ini selain ditayangkan di kanal youtube kami, yakni Rumah Sriksetra, juga akan diputar keliling pada delapan sekolah di desa yang berbatasan dengan koridor gajah Sugihan-Simpang Heran,” kata Taufik Wijaya dari Rumah Sriksetra, sebuah komunitas film dokumenter lingkungan dan budaya.

“Dampak yang diharapkan dari kegiatan ini adanya pengetahuan dan pemahaman pada generasi muda di Air Sugihan, sehingga saat ini dan mendatang mereka dapat hidup berdampingan, berbagi, dan harmonis dengan gajah,” katanya.

Dijelaskan Taufik, kegiatan tersebut merupakan kolaborasi Belantara Foundation, Forest Wildlife Society dan Rumah Sriksetra, yang didukung Keidanren Nature Conservation Fund (KNCF) yang berbasis di Jepang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini