Lebih Setahun Bangunan SDN 2 Tulung Selapan Ambruk, 80 Siswa Belajar di Balai Desa yang Sempit

Sudah lebih dari setahun bangunan SDN 2 Tulung Selapan ambruk, 80 siswa belajar di Balai Desa yang sempit

Tasmalinda
Kamis, 12 Mei 2022 | 15:55 WIB
Lebih Setahun Bangunan SDN 2 Tulung Selapan Ambruk, 80 Siswa Belajar di Balai Desa yang Sempit
80 pelajar SD Negeri 2 Filial belajar di Balai Desa Simpang Tiga Abadi yang sempit [sitimewa]

SuaraSumsel.id - Sudah lebih setahun, sejak 12 April 2021 bangunan SDN 2 filial Desa Simpang Tiga Abadi Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) roboh dan belum kunjung dibangun.

Kepala Sekolah SDN 2 Filia, Amir Hamzah mengatakan bangunan sekolah yang ambruk disebabkan karena terkena angin puting beliung. "Semua di daerah kami, banyak juga yang terkena angin puting beliung, lumayan ekstrem kayu-kayu tumbang juga," ujarnya kepada Suara.com, Kamis (12/5/2022).

Bangunan sekolah tersebut dibangun oleh Kementrian Desa dan Transmigrasi pada tahun  2015. Dengan pondasi dan tiang penyangga dari kayu. "Untuk tiangnya ini permanen, tetapi di atasnya kayu. Namanya kayu pasti mengalami proses pelapukan, diterpa angin kencang juga jadi ambruk," paparnya.

Saat ini, bangunan yang menjadi ruang belajar bagi 80 siswa tersebut sudah rata dengan tanah. Usai mengalami kejadian tersebut, Amir mengatakan sudah berusaha koordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten OKI melalui pengajuan proposal.

Baca Juga:Prakiraan Cuaca Sumsel 12 Mei 2022: Wilayah Dataran Rendah Bersuhu Terik, 33 Derajat Celcius

"Sudah ditanggapi katanya akan diusahakan, kemungkinan tahun depan. mereka akan mengusahakan. Namun belum merespon untuk dilakukan pembangunan," jelasnya.

"Dari beberapa pihak lain juga tidak ada yang memberikan bantuan. Kondisi bangunan belum dilakukan pembongkaran. Beberapa serpihan juga sudah diambil oleh masyarakat," lanjutnya.

Setelah kejadian tersebut, kata Amir, pihaknya berusaha mencari bangunan yang bisa dipinjam untuk tiga lokal ruang belajar. Akhirnya mereka diizinkan menggunakan kantor balai desa.

"Ada tiga lokal yang roboh, dari kelas 1 sampai kelas 6. Alhmadulillah diizinkan pihak UPT untuk menggunakan balai desa. Ruangan di sana kami bagi jadi tiga lokal,sangat sempit sekali. namanya balai desa, kecil bangunannya. 80 siswa belajar di Balai Desa," sampainya.

Kondisi tersebut membuat para siswa mengeluhkan dan komplain dengan sekolah mereka yang tak kunjung dibangun kembali. Bahkan masyarakat setempat pun merintihkan hal yang sama.

Baca Juga:Dua Pekan Ekspor CPO Dilarang, Petani Sawit Sumsel: Harga TBS Kian Anjlok, Penuh Ketidakpastian

"Mereka menanyakan kenapa sekolah belum berdiri lagi. Jadi kita selaku kepala sekolah dianggap seolah-olah tidak ada kerja untuk mencarikan solusi bangunan roboh itu," sampainya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak