SuaraSumsel.id - Pantai Pulau Punggur salah satu Marine Geopark di Pulau Bangka. Batuannya merupakan batuan metamorf yang diperkirakan berusia 290 juta tahun.
Batuan metamotf tersebut di antaranya batu lempung terkersikkan, metabatupasir, metalanau dan kuarsit.
Selain itu, terdapat batuan yang memiliki bentuk unik, Salah satunya formasi batuan dengan posisi miring seperti berdiri tertancap di hamparan bibir pantai.
Pesisir yang digunakan warga sebagai dermaga, yakni wilayah yang bebas hamparan batuan dan karang, baik metamorf maupun granit.
“Kalau ada batuan dan karang jelas kami sulit berlabuh atau berlayar, apalagi saat surut,” kata penduduk Pulau Panggur, Botak saat menemani kunjungan belum lama ini.
Dari pantai, juga terlihat Bukit Tuing yang masih dipenuhi flora dan fauna khas Indonesia.
“Di bukit ini terdapat kijang, mentilin, trenggiling, lutung, dan berbagai jenis burung. Ada juga pohon pelawan, meranti, medang, mentamorf, jamur pelawan, dan jamur sisik,” kata Sukardi (51), tokoh adat Dusun Tuing.
“Kami terus menjaganya karena ini adalah bukit adat bagi kami,” katanya.
Peneliti Agus Hartoko mengatakan formasi batuan unik ini berasal dari dasar laut yang didorong atau mengalami desakan ke atas permukaan.
Peristiwa ini dikenal dengan istilah Geological Up-Life.
Selain batuan metamorf, di Pantai Pulau Penggur juga terdapat terumbu karang. Sebagian terumbu karang itu mati karena terkena sinar matahari saat air laut surut.
Pada saat musim Angin Muson Timur, kondisi surut berlangsung dari pukul 23.00 malam hingga 13.00 siang.
“Kami terkadang menegur wisatawan yang sengaja merusak karang atau mengambil kelabang laut. Sebab nanti, mereka akan celaka sendiri. Sudah banyak kisah mereka yang mengambil batu di pantai ini, termasuk di Pulau Punggur, langsung meninggal dunia,” kata Siput.
Namun sebelumnya, si pengambil akan diberi peringatan berupa mimpi agar mengembalikan batu tersebut.
Sebab, kata Siput, pernah ada wisatawan dari Jakarta terpaksa kembali Dusun Tuing untuk mengembalikan batu yang diambilnya.
Ia bermimpi didatangi seseorang yang meminta batu yang diambilnya.
“Namun banyak wisatawan yang masih tidak percaya. Buktinya papan peringatan yang kami pasang di pantai ini dibuang oleh wisatawan yang tidak bertanggungjawab itu,” jelasnya.
Terumbu karang terjaga karena merupakan habitat sejumlah ikan, khususnya cumi-cumi.
“Kalau terumbu karang tersebut rusak, justru kami yang rugi. Ikan dan cumi-cumi hidup di terumbu karang. Bahkan kami pun dilarang memasang jaring sebab akan merusak terumbu karang. Kami hanya mancing di sekitar terumbu karang,” ungkapnya.
Kontributor : Humaidy Kenedy
Baca Juga:Menilik Suku Mapur di Bangka, Pantang Hitung Orang Sakit dan Meninggal