Gengsi Tak Harus Mahal: Anak Muda Ramai-Ramai 'Adopsi' BMW dan Mercy Tua, Apa yang Mereka Cari?

Pemandangan di bursa mobil bekas dan ajang kumpul komunitas (car meet-up) dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan sebuah pergeseran yang signifikan

Tasmalinda
Senin, 29 September 2025 | 15:24 WIB
Gengsi Tak Harus Mahal: Anak Muda Ramai-Ramai 'Adopsi' BMW dan Mercy Tua, Apa yang Mereka Cari?
BMW bekas
Baca 10 detik
  • Anak muda milenial dan Gen Z semakin melirik sedan dan SUV Eropa lawas, seperti BMW E46 atau Mercedes-Benz W204, karena harga yang makin terjangkau dan pengalaman berkendara yang berbeda dari mobil Jepang.

  • Instagram, TikTok, serta komunitas otomotif aktif membantu mengikis stigma perawatan mahal mobil Eropa dengan berbagi tips, bengkel spesialis, dan akses mudah ke suku cadang via e-commerce.

  • Bagi generasi muda, memiliki mobil Eropa bekas bukan sekadar alat transportasi, melainkan pernyataan gaya hidup dan identitas, dengan kepuasan serta gengsi yang sulit ditandingi mobil Jepang di kelas harga yang sama.

SuaraSumsel.id - Pemandangan di bursa mobil bekas dan ajang kumpul komunitas (car meet-up) dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan sebuah pergeseran yang signifikan. Di antara dominasi mobil-mobil Jepang yang dikenal praktis dan irit, kini semakin banyak terlihat sedan dan SUV premium Eropa lawas seperti BMW Seri 3 E46 atau Mercedes-Benz C-Class W204 yang dikemudikan oleh anak-anak muda.

Fenomena ini seakan mematahkan stigma lama bahwa mobil Eropa adalah mainan kaum mapan atau 'mobil bapak-bapak' yang perawatannya bikin kantong bolong.

Hingga pertengahan 2025, tren ini diprediksi akan terus menguat. Generasi milenial akhir dan Gen Z, yang tumbuh di era digital dan sangat sadar akan citra, menemukan proposisi nilai yang unik pada mobil bekas Eropa.

Mereka tidak lagi hanya mencari alat transportasi, tetapi juga sebuah identitas, pengalaman berkendara, dan pintu masuk ke sebuah komunitas eksklusif—semuanya dengan harga yang kini semakin terjangkau.

Baca Juga:6 Mobil Bekas Paling Irit BBM, Harganya Mulai Rp60 Jutaan!

Lantas, apa yang mendorong pergeseran besar ini? Apakah mitos perawatan mahal itu benar-benar sudah terpatahkan, atau ada faktor lain yang membuat anak muda kini berani mengambil risiko?

Harga yang "Masuk Akal" Jadi Pintu Gerbang Utama

Faktor utama yang membuka gerbang bagi anak muda untuk melirik mobil Eropa adalah harganya yang semakin terjangkau. Depresiasi atau penurunan harga jual mobil Eropa, terutama yang berusia di atas 10 tahun, terbilang cukup tajam.

Sebagai gambaran, sebuah BMW Seri 3 E46 (produksi awal 2000-an) kini bisa didapatkan dengan harga setara mobil LCGC baru, bahkan ada yang di bawah Rp100 juta. Begitu pula dengan Mercedes-Benz C-Class W203 atau W204 (produksi 2000-an hingga awal 2010-an) yang harganya kini berada di rentang Rp100 jutaan hingga Rp200 jutaan, tergantung kondisi.

"Dengan bujet Rp150 juta, pilihannya adalah mobil Jepang baru dengan fitur standar, atau sebuah sedan Eropa bekas yang menawarkan kemewahan, build quality premium, fitur keselamatan lengkap pada masanya, dan yang terpenting, driving experience yang jauh berbeda," ujar Rian, seorang penyuka otomotif di Palembang.

Baca Juga:Beli City Car Matik Bekas? Ini 5 Jebakan yang Sering Bikin Rugi

Pengaruh Media Sosial dan Budaya Pop

Tidak bisa dipungkiri, media sosial seperti Instagram dan TikTok memainkan peran krusial dalam mempopulerkan kembali mobil-mobil Eropa lawas. Konten-konten restorasi, modifikasi "proper" (mengacu pada gaya orisinal pabrikan), hingga sinematografi mobil yang estetik berhasil membangun citra bahwa memiliki BMW atau Mercedes-Benz tua itu "keren" dan menunjukkan selera yang bagus.

Tagar seperti #E46Nation, #W204Club, atau #EuroRetro menjadi wadah bagi para pemilik untuk memamerkan mobil mereka. Hal ini menciptakan sebuah "mimpi Eropa" yang terasa lebih bisa digapai. Anak muda tidak lagi melihatnya sebagai mobil mewah yang mustahil dimiliki, melainkan sebagai sebuah kanvas untuk berekspresi.

Inilah tembok terbesar yang berhasil diruntuhkan. Stigma bahwa merawat mobil Eropa itu rumit dan mahal perlahan terkikis berkat beberapa faktor:

Kehadiran komunitas penggemar yang sangat aktif di media sosial dan forum online menjadi sumber informasi tak ternilai. Mereka saling berbagi tips perawatan, rekomendasi bengkel terpercaya, hingga info penjual suku cadang aftermarket atau copotan yang berkualitas dengan harga miring.

Seiring meningkatnya populasi mobil Eropa bekas, bengkel-bengkel spesialis non-resmi pun tumbuh subur. Bengkel ini menawarkan jasa servis dan perbaikan dengan biaya yang jauh lebih kompetitif dibandingkan bengkel resmi, namun dengan pengetahuan teknis yang mendalam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak