Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir

Sepanjang 2025, investasi besar Singapura mencapai Rp3,52 triliun mendukung hilirisasi industri Sumsel.

Tasmalinda
Senin, 29 Desember 2025 | 23:48 WIB
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
Gubernur Sumsel, Herman Deru dalam momen hari kesehatan. Berikut Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput investasi asing, melawan kepungan asap dan banjir.
Baca 10 detik
  • Sepanjang 2025, investasi besar Singapura mencapai Rp3,52 triliun mendukung hilirisasi industri Sumsel.
  • Bencana Karhutla Agustus menyebabkan 3.300 titik panas dan ratusan ribu warga terpapar ISPA parah.
  • Akhir tahun, banjir di Palembang menyoroti kontradiksi infrastruktur maju dengan mitigasi bencana kurang.

SuaraSumsel.id - Sepanjang tahun 2025, Sumatera Selatan (Sumsel) seperti sedang berdiri di atas dua sisi mata uang. Di satu sisi, Bumi Sriwijaya berhasil memoles diri hingga memikat mata dunia, namun di sisi lain, warga masih harus berjibaku dengan masalah menahun yang tak kunjung usai, yakni bencana.

Menutup lembaran tahun ini, Suara.com merangkum jejak perjalanan Sumsel dalam upaya menjemput kemajuan ekonomi sambil tetap tertatih melawan kepungan asap dan banjir.

Tahun 2025 akan diingat sebagai tahun "panen" bagi realisasi investasi di Sumsel. Pembangunan infrastruktur yang masif dalam beberapa tahun terakhir mulai membuahkan hasil nyata.

Salah satu momen kuncinya terjadi pada Oktober, saat Singapura secara akumulatif menanamkan modal jumbo sebesar Rp3,52 triliun. Angka ini mencakup hampir 80 persen dari total Penanaman Modal Asing (PMA) yang menjanjikan.

Baca Juga:Klasemen Liga 2 Grup 1 Terbaru: Sumsel United Menang atas Bekasi City, Sriwijaya FC di Dasar

Investasi ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan suntikan tenaga bagi hilirisasi industri dan pembukaan lapangan kerja baru di sektor energi dan manufaktur.

Tak hanya itu, di awal tahun, sektor pertanian kita juga mencetak sejarah. Kopi Robusta asli Sumsel akhirnya berhasil melakukan ekspor mandiri ke Malaysia. Momen ini menjadi bukti bahwa komoditas unggulan dari Lahat hingga Pagar Alam sudah mampu memotong jalur tengkulak dan bicara banyak di pasar internasional.

Namun, euforia ekonomi itu tertahan saat memasuki bulan Agustus. Siklus Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali menyerang dengan skala yang mengkhawatirkan.

Data menunjukkan ada lebih dari 3.300 titik panas yang mengepung wilayah Sumsel, dengan Ogan Ilir dan OKI sebagai wilayah terdampak paling parah. Langit yang menguning dan bau sangit yang masuk ke kamar-kamar warga menjadi makanan sehari-hari.

Dampaknya sangat nyata: hampir 400.000 warga dilaporkan terpapar ISPA. Sekolah-sekolah sempat diliburkan, dan aktivitas ekonomi luar ruangan pun sempat lumpuh. Peristiwa ini menjadi teguran keras bahwa di tengah ambisi menjadi provinsi maju, sistem mitigasi bencana kita masih membutuhkan evaluasi besar-besaran.

Baca Juga:PTBA Raih Predikat Badan Publik Informatif 2025, Skor Tertinggi di Sumsel

Belum kering ingatan soal kabut asap, jelang akhir tahun, intensitas hujan yang tinggi kembali mengungkap kerentanan infrastruktur kota kita terhadap banjir. Beberapa wilayah di Palembang dan kabupaten tetangga kembali harus terendam, memutus akses jalan dan merendam pemukiman warga.

Paradoks ini terasa nyata yakni saat Sumsel dinobatkan sebagai salah satu provinsi dengan infrastruktur terbaik nasional yakni peringkat 7, namun urusan drainase dan normalisasi sungai masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang belum tuntas.

Banjir tahun ini menjadi pengingat bahwa pembangunan fisik harus sejalan dengan perbaikan ekologi lingkungan.

Di balik dinamika alam dan ekonomi tersebut, tahun 2025 juga meninggalkan luka sosial yang mendalam. Pengungkapan kasus penjualan bayi di Palembang seharga Rp15 juta menjadi sorotan tajam.

Kasus ini seolah menjadi pengingat pahit bagi kita semua; bahwa investasi triliunan rupiah dan infrastruktur yang megah belum sepenuhnya mampu menjamin keselamatan ekonomi masyarakat paling bawah. Ada ketimpangan yang masih menganga, yang menuntut kehadiran pemerintah lebih dari sekadar membangun jalan tol.

Kaleidoskop 2025 memberikan pesan yang jelas bagi Sumatera Selatan. Pembangunan sudah berada di jalur yang benar dalam hal konektivitas dan daya tarik ekonomi. Namun, keberhasilan pembangunan tidak boleh hanya diukur dari banyaknya investor yang datang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini