Festival Perahu Bidar sudah menjadi agenda tahunan yang selalu dinanti.
Suasana tepian sungai berubah menjadi lautan manusia. Sorak sorai penonton bercampur dengan suara dayung yang membelah air.
Setiap tim, yang terdiri dari puluhan pendayung, berjuang keras memacu perahu bidar mereka menuju garis finish.
Tidak jarang, penonton rela berdesakan hanya untuk melihat tim jagoan mereka melesat di antara riak gelombang.
Baca Juga:Okupansi Anjlok! Hotel dan Restoran di Palembang Desak Pemangkasan Pajak hingga 50 Persen
Bagi warga Palembang, festival ini bukan hanya hiburan, melainkan warisan yang menghubungkan generasi.
Anak-anak duduk di pundak orang tuanya, para pedagang kaki lima berjajar menawarkan makanan khas, dan fotografer sibuk mengabadikan momen-momen dramatis di atas air.
Sejarah perahu bidar sendiri sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, perahu bidar digunakan untuk upacara adat dan perlombaan saat perayaan besar.
Kini, tradisi itu tidak hanya dipertahankan, tetapi juga dikemas lebih modern agar tetap relevan dengan zaman.
Dengan kolaborasi antara pemerintah daerah, komunitas, dan sponsor lokal,
Baca Juga:Rumah Aspirasi Rakyat Palembang Layani Ratusan Warga Per Hari? Begini Prosesnya
Festival Perahu Bidar Tradisional 2025 diharapkan mampu menarik wisatawan, mendorong perekonomian, dan memperkuat citra Palembang sebagai kota sungai yang berbudaya.
“Ini adalah panggung kita semua,” pungkas Sulaiman Amin.