Semua Sudah Pulang, Kecuali Satu: Jemaah Haji Sumsel Masih Hilang di Tanah Suci

Namun di tengah kebahagiaan dan rasa syukur itu, satu nama masih menggantung dalam daftar jemaah yang belum ditemukan yakni Minarni binti Daman (65), jemaah lansia asal Sumsel

Tasmalinda
Kamis, 10 Juli 2025 | 16:02 WIB
Semua Sudah Pulang, Kecuali Satu: Jemaah Haji Sumsel Masih Hilang di Tanah Suci
ilustrasi jemaah haji hilang di tanah suci.

SuaraSumsel.id - Musim haji 2025 telah berakhir.  Sebanyak 8.084 jemaah haji asal Sumatera Selatan yang tergabung dalam Debarkasi Palembang sudah kembali ke tanah air, membawa kisah spiritual dan keharuan dari Tanah Suci.

Namun di tengah kebahagiaan dan rasa syukur itu, satu nama masih menggantung dalam daftar jemaah yang belum ditemukan yakni Minarni binti Daman (65), jemaah lansia asal Pagaralam. Sudah lebih dari sebulan sejak Minarni dilaporkan hilang di Mekkah.

Sejak 21 Mei 2025, saat rombongan dari Kloter 10 embarkasi Palembang bersiap menuju Arafah, Minarni dinyatakan tak kunjung kembali ke hotel tempat ia menginap.

Pencarian terus dilakukan oleh tim Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dan relawan, namun hingga Debarkasi resmi ditutup pada Selasa (8/7/2025), keberadaan Minarni masih belum diketahui.

Baca Juga:Dari Tambang Ilegal ke Pengelolaan Resmi: Ini Mekanisme Seleksi Sumur Minyak Rakyat Sumsel

Kisah hilangnya Minarni bukan hanya soal satu nama dalam daftar jemaah yang belum kembali.

Ia adalah simbol dari kelemahan sistem perlindungan jemaah haji lansia—sebuah kelompok rentan yang jumlahnya terus bertambah setiap musim haji. Menurut data Kementerian Agama, lebih dari 30 persen jemaah asal Indonesia tahun ini adalah lansia atau memiliki keterbatasan fisik.

“Beliau tidak membawa HP, dan tidak tahu arah. Sehari-hari juga dibantu teman sekamar,” ujar salah satu rekannya di kloter yang enggan disebut namanya.

Minarni dikenal sebagai sosok pendiam dan tekun beribadah, namun juga mulai menunjukkan tanda-tanda bingung sejak sebelum wukuf di Arafah.

Keluarga besar Minarni di Pagaralam kini hanya bisa menunggu dengan harap-harap cemas. Mereka belum tahu apakah harus berharap atau mulai mengikhlaskan.

Baca Juga:Gubernur Herman Deru Tegas! Truk Batu Bara Dilarang Lintasi Jalan Umum di Sumsel

Pemerintah melalui PPIH telah mengupayakan pencarian dan akan terus melibatkan otoritas setempat, termasuk kepolisian Arab Saudi. Namun tak sedikit yang bertanya-tanya, bagaimana mungkin di tengah sistem pengawasan canggih di Masjidil Haram dan fasilitas haji lainnya, satu jemaah bisa lenyap tanpa jejak?

Bagi sebagian orang, hilangnya Minarni bisa jadi adalah bentuk pengabdian terakhir yang tak selesai di Tanah Suci. “Bisa jadi itu panggilan khusus dari Allah,” ujar seorang jemaah lainnya. Tapi bagi negara dan keluarga, pertanyaan praktis tetap membayangi: di mana Minarni?

Kisah Minarni menjadi refleksi bahwa penyelenggaraan haji tidak hanya soal logistik dan akomodasi, tetapi juga perlindungan terhadap kelompok rentan.

Tahun ini, 23 jemaah asal Sumsel wafat di Arab Saudi dan 5 lainnya masih menjalani perawatan. Namun satu orang masih belum kembali, dan itu cukup mengguncang sistem yang seharusnya semakin modern dan responsif.

Meskipun operasional Debarkasi Palembang telah resmi ditutup, kisah Minarni belum selesai. Ia menjadi nama yang menandai pentingnya empati dalam sistem besar bernama penyelenggaraan haji.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini