“Peristiwa ini terjadi di rumah pak, saat saya meminta surat tanah kepada JU, anak kandung saya sendiri. Surat tanah itu awalnya dicuri oleh JU,” ucap Ngadinah dengan suara bergetar menahan sedih.
Alih-alih mengembalikan surat tanah, JU justru memarahi ibunya sendiri dan bertindak agresif. Ngadinah mengaku dilempar dengan sebuah kaleng roti oleh anaknya tersebut. Tak berhenti sampai di situ, ancaman kekerasan pun dilontarkan.
“Anak saya ini tidak mau mengembalikan surat tanah itu, dia malah memarahi saya dan melempar saya dengan kaleng roti. Dia juga mengancam mau memukuli saya, bahkan hendak melempar kursi. Untung ada anak perempuan saya yang datang menyelamatkan,” lanjutnya.
Akibat tindakan itu, Ngadinah mengalami luka lebam di bagian kepala. Ia pun merasa khawatir surat tanah miliknya akan disalahgunakan oleh JU, sehingga ia merasa perlu mengambil langkah hukum. Di usianya yang sangat lanjut, ia memilih melaporkan anaknya sendiri demi melindungi hak dan masa depannya.
Baca Juga:Sinergi PTBA dan Masyarakat Hijaukan Lingkungan dalam Aksi Penanaman Pohon
“Saya takut surat tanah itu disalahgunakan. Jadi saya harap dia ditangkap, saya ini luka di kepala saya, pak,” tutur Ngadinah lirih.
Melansir sumselupdate.com-jaringan Suara.com, Panit SPKT Polrestabes Palembang, Ipda Erwin, membenarkan bahwa laporan terkait dugaan penganiayaan tersebut telah diterima oleh pihaknya.
“Laporan sudah diterima dan akan ditindaklanjuti oleh anggota unit PPA Satreskrim Polrestabes Palembang,” ujarnya singkat.
Kisah Ngadinah sontak mengundang perhatian publik. Banyak pihak menyayangkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang melibatkan orang tua dan anak kandung sendiri. Di tengah usia yang sudah sangat rentan, seorang ibu seharusnya mendapatkan perlindungan, bukan kekerasan dari anaknya.
Kini, masyarakat menantikan tindak lanjut dari aparat kepolisian Sumsel untuk menegakkan keadilan bagi Ngadinah.
Baca Juga:Panduan SPMB SMP Palembang 2025: Jadwal dan Jalur Masuk, Orang Tua Wajib Tahu
Bukan sekadar laporan hukum, kasus ini juga menjadi cermin buram hubungan keluarga yang retak akibat persoalan harta, dan menjadi pengingat bahwa hormat dan kasih kepada orang tua semestinya tak lekang oleh waktu.
- 1
- 2