Di balik setiap perhiasan yang tergadai, tersimpan cerita perjuangan dan cinta orang tua terhadap masa depan anak-anak mereka.
Bagi Apriani, perhiasan bukan lagi hanya aksesoris, tapi simbol pengorbanan.
"Aku tahu, anakku mungkin belum mengerti kenapa mamanya harus bolak-balik ke Pegadaian. Tapi suatu hari nanti, aku ingin dia tahu, bahwa aku pernah menjual kilauan emas demi hidup mereka di masa depan," sambungnya.
Dia tersenyum, kali ini lebih lega. Surat gadai sudah ditangan. Dana sudah cair.
Baca Juga:Harga Emas Tinggi Dorong Warga Palembang Ramai Gadai untuk Biaya Sekolah
Kini ia bisa segera mendaftarkan anaknya ke sekolah impian.

Pegadaian, Lebaran, dan Hidup yang Terus Berjalan
Bagi banyak orang, Pegadaian pasca-Lebaran ibarat dermaga sementara. Tempat bersandar untuk kembali berlayar. Setelah euforia Idul Fitri, kehidupan menuntut untuk kembali berjalan.
Ada sekolah yang harus dibayar, kebutuhan dapur yang harus dipenuhi, dan mimpi yang tetap harus diperjuangkan.
"Usai Lebaran, aku ke Pegadaian," adalah narasi yang diulang banyak orang dari tahun ke tahun.
Baca Juga:Rp10 Juta Sesuku, Harga Emas Perhiasan Palembang Cetak Rekor Usai Lebaran
Sebuah kalimat pernyataan sederhana yang sarat makna.