Rahasia di Balik Lezatnya Ikan Lele Nasuhi

Berkat pendampingan PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI), Nasuhi bangkit setelah saat pandemi Covid-19 sempat terseok akibat harga pangan ikan yang sulit terjangkau.

Tasmalinda
Kamis, 31 Oktober 2024 | 19:04 WIB
Rahasia di Balik Lezatnya Ikan Lele Nasuhi
Budidaya perikanan patin Nasuhi di Desa Sungai Gerong, Banyuasin

Selama tiga bulan terakhir, Nasuhi bersama dengan kelompoknya kini sudah berhasil membuat pakan mandiri. Pakan tersebut berasal dari maggot, dedak, dan ampas jagung. 

Di samping kolam-kolam, ia pun telah membuat bangunan khusus dalam mengelola pakan yang berasal dari maggot ini. Bangunan ini dibagi atas beberapa tingkatan yang berisi nampan-nampan yang berisikan maggot sekaligus dilengkapi tulisan usia maggotnya, serta proses pembuatan (pencampuran) dengan dedak dan ampas jagung.

Nasuhi mengungkapkan dengan pakan mandiri setidaknya ia bisa menekan hampir 30 persen biaya operasional. Bahan-bahan pakan seperti halnya maggot, dedak dan tepung jagung bisa diperoleh dari pasar-pasar tradisional dengan harga yang terjangkau.

Usai kunjungan General Manager (GM) PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Plaju, Yulianto Triwibowo di medio November, juga di inisiatifkan jika sumber pakan yang berasal dari sampah-sampah organik dari kawasan kilang dan pemukimannya.

Baca Juga:Menyibak Energi Terbarukan Senyawa Panas Geothermal Menyinari Sumsel

“Ikan-ikan memang kuat makan dan itu nanti pengaruh di berat badannya. Jika tumbuh ikannya bagus, tentu harga jual tinggi. Ikan yang baik, minimal tubuh ikannya punya 30 persen merupakan protein. Sumber protein itu ya dari pakan,” aku warga keturunan Jawa ini.

Selain pakan mandiri, ia pun kini sudah mendiversifikasi jenis ikan yang dibudidayakan. Selain ikan lele yang sudah bertahun-tahun diternakkan, kini ia pun membudidayakan ikan nila dan ikan patin. 

Untuk ikan lele membutuhkan lama budidaya selama tiga sampai empat bulan, sedangkan ikan nila dan patin selama 6 bulan. Untuk harga jual ke pedagang pertama, setiap satu kilogram lele dan patin dijual Rp17.000, sedangkan ikan nila bisa dijual Rp25.000.

Dia pun mengungkapkan masih belum lepas sepenuhnya dari pakan (pelet) pabrikan, karena produksi pakan mandirinya masih belum mencukupi kebutuhan hariannya. Dengan kebutuhan pakan per kolam mencapai 2 kilogram, setidaknya ia membutuhkan 10 kilogram bagi 5 kolam yang dibudidayakannya.

Harga-harga jual tersebut berlaku apabila pedagang yang ke kolam dan melakukan pengangkutan mandiri ke pasar. “Sementara ikan-ikan yang tidak terjual atau tersisa dijual mandiri juga ke warga-warga sekitar Kampung Bali, Sungai Gerong,” akunya.

Baca Juga:Menyulam Kembali Kain Alam Keanekaragaman Hayati

Keuntungan usaha budidaya ketiga jenis itu, ia menganologikan dalam ukuran kwintal atau 10 kilogram. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini