SuaraSumsel.id - Merayakan hari raya seperti Idul Fitri di Kota Palembang, Sumatera Selatan memang meriah. Selain wisata sungai, religi, sejarah dan budaya, Kota Palembang menawarkan banyak ragam kuliner.
Kuliner yang disajikan mulai dari makanan lauk hingga cemilan atau kudapan ringan. Namun baik lauk maupun cemilan ringan memang mayoritas olahan ikan. Sejarawan Palembang, Yudhie Sarofie mengungkapkan alasan mengapa berhari raya atau berlebaran di rumah wong Palembang bakal banyak pilihan makanan.
Wong Palembang atau Orang Palembang, dikatakan Yudhie, memang dikenal dengan ragam kuliner yang kreatif. Meski berbahan ikan, jenis makanan yang disajikan pun akhirnya beragam. Dari olahan berbahan dasar ikan saja, jenis makanan bisa tercipta mulai dari pempek, tekwan, dan jenis pempek pun akhirnya berbagai bentuk dan jenis.
Ini salah satu alasan mengapa di rumah wong Palembang, sajian makanan di meja makan pun bisa penuh. Dikatakan Yudhie, ketersediaan sumber bahan pangan di Palembang atau Sumsel itu mudah ditemui dan cukup berlimpah.
Baca Juga:Dapat Remisi Hari Raya Idul Fitri, 52 Napi di Sumsel Langsung Bebas
"Misalnya daging ikan. Itu daging ikan diolah apapun akan tetap jadi, di tangan wong Palembang. Dari pempek sampai otak-otak, baik direbus, digoreng, dibakar. Itu wong Palembang, pintar mengelolanya," kata Yudhie.
Meski diakui Yudhie, hal tersebut juga ditentukan oleh kemampuan si tuan rumah.
"Wong Palembang akan berusaha menyajikan pilihan makanan dan terbaik untuk tamunya. Meski di kelas ekonomi yang biasa pun, pasti ada yang dimasak atau disajikan untuk tamu yang datang," katanya kepada Suara.com belum lama ini.
Diungkap Yudhie, ada budaya yang diyakini wong Palembang untuk menjamu tamu dengan yang terbaik. Folosofi ini sebagai ajaran Islam yang melekat pada kesultanan Darusallam Palembang.
"Ya, bisa juga, karena ingin memuliakan tamu yang datang," sambung Yudhie.
Baca Juga:Tiga Anggota Ditpolairud Polda Sumsel, Dibawa Kabur "Kapal Hantu" Penyeludupan Benih Lobster
Selain itu, dikatakan Yudhie, tradisi untuk memasak sendiri makanan memang sudah melekat di wong Palembang. Dengan semakin banyak anak-anak perempuan yang bisa memasak, akan menjadi kebanggan keluarga.
Di wong Palembang pada dahulunya, tidak melekat budaya membeli makanan atau jajan. Wong Palembang cenderung membuat atau mengolah bahan makanan sendiri. "Tradisi ini kerap dipegang oleh ibu-ibu masa dulu, anak-anak perempuan dibiasakan memasak, bukan jajan," ujar Yudhie.
Terakhir, diungkap Yudhie, di Wong Palembang sendiri, kuliner atau makanan yang disajikan juga menjadi cerminan keluarga. Dengan semakin berkelas seseorang Palembang, maka ia akan menyajikan lebih banyak makanan bagi para tamu.
Budaya demikian juga dipengaruhi dengan sistem kesultanan Palembang. "Makin tinggi dudukan, di kesultanan misalnya, rumahnya akan lebih banyak tersaji makanan. Baik untuk lauk, kue-kue basah, kue kering, pempek, kudapan lainnya, disajikan untuk memperluihatkan eksistensi keluarga," aku Yudhie.
Dari berbagai alasan itu, diungkap Yudhie, berlebaran di Palembang memang kaya akan kuliner. "Apalagi ada tiga kultur masyarakat yang berkembang, yakni China, Arab, dan juga Melayu. Yang masing-masing masyarakatnya pun menyajikan makanan khas masing-masing saat lebaran," pungkas Yudhie.