SuaraSumsel.id - Pada akhir Februari 2022 lalu, Asosiasi Pengusaha Kue dan Kuliner (Aspenku) bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menyelenggarakan pemilihan Duta Kuliner Sumsel generasi pertama.
Pencetus awal pergelaran tersebut tidak terlepas dari buah pikiran Ketua Aspenku, Yus Elisa. Pada mulanya, Yus Elisa yang lebih dikenal dengan Bunda Rayya sapaan akrab Yus Elisa menginginkan agar kuliner tradisional dapat terlestarikan dan terjadinya regenerasi dari anak muda Sumsel.
"Kepingin (ingin) ada regenerasi, penerus di Sumsel ini. Kebanyakan anak muda kita ini jarang mencintai budaya. Mereka lebih menyukai budaya-budaya kekinian. Dengan adanya duta ini, menjadi peluang bagi anak muda untuk belajar," ujarnya kepada Suara.com, belum lama ini (6/4/2022).
Pada proses awal pendaftaran, terdapat 90 lebih peserta kemudian terseleksi menjadi 10 pasang putra putri. Sebagai calon duta kuliner, kata Bunda Rayya, para peserta diberi pembekalan terkait kuliner Sumsel.
Baca Juga:Lima Jam Demonstrasi, DPRD Sumsel Terima dan Janji Teruskan Tuntutan Mahasiswa Aliansi BEM Se-Sumsel
Hal tersebut menjadi syarat yang harus dimiliki calon peserta. Tak sampai disitu, proses berlanjut ke fase karantina. Dalam tahap itu, para peserta diajak mengunjungi rumah produksi yang ada di Palembang.
"Proses pendaftaran satu bulan, termasuklah karantina kita berikan materi mengenai makanan khas Sumsel. Memang saya ajak keliling mereka, supaya mengetahui dan paham dengan budaya yang kita punya ini," jelasnya.
Menurut Bunda Rayya, melalui duta kuliner ini sudah mewakilkan kepedulian anak muda terhadap pelestarian kuliner tradisional. Dirinya juga beranggapan duta kuliner merupakan cara mengenalkan makanan khas Sumsel secara modern.
"Tidak ada kejenuhan, seperti kue Masbro (maksuba brownies), Makjola (maksuba kojo lapis), ini kekinian tetapi tidak meninggalkan resep asli sama sekali," ungkapnya.
Inovasi yang dilakukan Bunda Rayya tersebut menjadi salah satu inspirasi bagi duta kuliner terpilih Aqiyla Rayhan. Aqiyla mengatakan kemampuan Bunda Rayya memodifikasi kue tradisional dengan kue modern mampu membranding makanan khas Sumsel.
"Dengan adanya Bunda Rayya dan Aspenku mulai mengangkat pelan-pelan kue khas Sumsel dengan cara melakukan inovasi. Di mix dengan kue-kue modern dan diberi nama yang mengunggah selera," ucapnya.
"Di sinilah peran kami sebagai duta kuliner Sumsel untuk membantu melestarikan makanan khas yang mulai ditinggalkan," tambahnya.
Diawali karena menyukai makanan, Qyla sapaan akrab Aqyla Rayhan mengatakan ketika mengetahui adanya pemilihan duta kuliner dirinya tertarik untuk mengikuti.
"Saya itu orangnya hobi dan gak pilih-pilih makanan. Tahu ada duta kuliner, saya coba buat daftar dan tak lupa mengedukasi diri saya dengan cara memahami makanan khas Sumsel itu sendiri," ujarnya.
Gadis kelahiran Pali ini juga beranggapan kalau saat ini makanan tradisional Sumsel kurang akrab di kalangan anak muda. Dirinya membandingkan dengan makanan-makanan siap saji yang menjadi trend kekinian.
"Histori kuliner Sumsel beberapa tahun ini menurut saya yang benar-benar makanan khas itu mulai tenggelam. Gak bisa kita pungkiri kalau makanan siap saji dan modern saat ini lebih digandrungi anak muda," jelasnya.
Ketertarikan Qyla pada makanan tidak terlepas dari peran orang tuanya ketika mendidiknya di waktu kecil. Selalu terbesit dalam benaknya saat orang tuanya mengajarkan untuk mencicipi makanan yang ada dihadapannya.
Dari sekian banyak makanan khas Sumsel, Bekasam menjadi makanan favorit Alumnus UIN Raden Fatah Palembang ini. Bekasam sendiri merupakan makanan fermentasi yang terbuat dari campuran ikan sungai, cabai, bawang, nasi dan garam.
Semua bahan bekasam dimasukkan ke dalam wadah atau toples yang ada penutupnya. Kemudian didiamkan selama tujuh sampai 10 hari. Dari proses fermentasi tersebut akan menghasilkan rasa asam yang menggugah selera.
Biasanya, bekasam diolah menjadi sambal dengan tambahan cabai dan bawang-bawangan yang membuat olah ini begitu nikmat. "Dimakan pakai nasi hangat-hangat ditambah lalapan itu enak banget," sampainya.
Menurut Qyla, olahan Bekasam bukanlah termasuk makanan yang disukai masyarakat Sumsel, apalagi kalangan muda. Dirinya pun mengatakan, Bekasam menjadi salah satu makanan yang terancam punah.
"Bekasam ini termasuk makanan yang mulai punah, karena tak banyak yang menyukai olahan ini. Ada yang bilang bekasam gak enak, busuk, tapi ada yang suka juga. Kita mencoba untuk mencari cara gimana orang suka bekasam, dengan menghilangkan bau dan rasa yang orang gak suka itu," paparnya.
Tak hanya Bekasam, Qyla juga mengatakan masih banyak makanan khas Sumsel yang harus dilestarikan kembali. Dirinya dan rekan duta kuliner lainnya memiliki waktu satu tahun untuk menjalankan tugas sebagai Duta Kuliner Sumsel.
"Hal penting buat saya pribadi harus benar-benar menguasai kuliner yang ada. Bukan hanya Palembang, tetapi daerah-daerah lain juga. Tak hanya untuk satu tahun ini, api terus menginspirasi," pungkasnya.
Kontributor: Melati Putri Arsika