Ketertarikan Qyla pada makanan tidak terlepas dari peran orang tuanya ketika mendidiknya di waktu kecil. Selalu terbesit dalam benaknya saat orang tuanya mengajarkan untuk mencicipi makanan yang ada dihadapannya.
Dari sekian banyak makanan khas Sumsel, Bekasam menjadi makanan favorit Alumnus UIN Raden Fatah Palembang ini. Bekasam sendiri merupakan makanan fermentasi yang terbuat dari campuran ikan sungai, cabai, bawang, nasi dan garam.
Semua bahan bekasam dimasukkan ke dalam wadah atau toples yang ada penutupnya. Kemudian didiamkan selama tujuh sampai 10 hari. Dari proses fermentasi tersebut akan menghasilkan rasa asam yang menggugah selera.
Biasanya, bekasam diolah menjadi sambal dengan tambahan cabai dan bawang-bawangan yang membuat olah ini begitu nikmat. "Dimakan pakai nasi hangat-hangat ditambah lalapan itu enak banget," sampainya.
Baca Juga:Lima Jam Demonstrasi, DPRD Sumsel Terima dan Janji Teruskan Tuntutan Mahasiswa Aliansi BEM Se-Sumsel
Menurut Qyla, olahan Bekasam bukanlah termasuk makanan yang disukai masyarakat Sumsel, apalagi kalangan muda. Dirinya pun mengatakan, Bekasam menjadi salah satu makanan yang terancam punah.
"Bekasam ini termasuk makanan yang mulai punah, karena tak banyak yang menyukai olahan ini. Ada yang bilang bekasam gak enak, busuk, tapi ada yang suka juga. Kita mencoba untuk mencari cara gimana orang suka bekasam, dengan menghilangkan bau dan rasa yang orang gak suka itu," paparnya.
Tak hanya Bekasam, Qyla juga mengatakan masih banyak makanan khas Sumsel yang harus dilestarikan kembali. Dirinya dan rekan duta kuliner lainnya memiliki waktu satu tahun untuk menjalankan tugas sebagai Duta Kuliner Sumsel.
"Hal penting buat saya pribadi harus benar-benar menguasai kuliner yang ada. Bukan hanya Palembang, tetapi daerah-daerah lain juga. Tak hanya untuk satu tahun ini, api terus menginspirasi," pungkasnya.
Kontributor: Melati Putri Arsika