SuaraSumsel.id - Penerapan PPKM yang diperpanjang makin berimbas pada kehidupan ekonomi masyarakat seperti halnya UMKM. Pembatasan jam operasional, hingga penutupan gerai mal membuat pelaku usaha harus mampu bertahan.
Seperti diungkapkan Novy Santi, pelaku UMKM yang sempat membuka dua gerai di mal Palembang. Ia mengaku tidak ada solusi lain, yakni menutup gerai selama PPKM level 4 terus diperpanjang atau diberlakukan pemerintah dua pekan ini.
“Penurunan pendapatan emang sudah dirasakan UMKM selama pandemi tetapi makin terasa saat PPKM dengan penghasilan terbilang jauh menurun,”ungkap penjual berbagai jenis dessert tersebut.
Memulai usaha sejak tahun 2019 silam, ia menjual makanan penutup atau dessert segar berupa dogan jelly, berbagai varian stup roti, Srikaya jumbo dan lainnya.
Baca Juga:Sumsel Disiapkan Jadi Produsen Tanaman Porang
Selama ini ia menjadikan gerai di Palembang Icon mal sebagai yang utama.Namun kini, dia mengaku penghasilannya terjun bebas sampai 70 persen. Parahnya lagi mau tidak mau ia harus merumahkan dua orang pegawainya untuk meringankan pengeluaran.
“Dulu kita masih bisa mencover biaya sewa, karyawan dan biaya produksi tapi kalau mall tutup karyawan mau tidak mau dirumahkan.” sambung ia.
Sebenarnya masih ada beberapa gerai di mall yang dibuka, seperti supermarket, penyedia obat-obatan serta penjual makanan dan minuman pun diberi izin.
Namun dengan kondisi sebagian penerangan di mall dimatikan, hal itu menurutnya membuat pengunjung enggan masuk ke mal
“Kan di mal boleh food and beverages tetap buka tapi hanya satu pintu dan sebagian lampu dimatikan jadi pengunjung belum tentu tau,”lanjutnya.
Baca Juga:Medio Agustus, Baru 1 Juta Warga Sumsel Divaksin Dosis Pertama COVID 19
Beruntung masih terdapat satu gerai diluar mal miliknya yang masih bisa beroperasi, tepatnya di kawasan Jl Ahmad Yani, Plaju.
Tak menyalahkan kebijakan pemerintah sepenuhnya. Novy memilih bersabar dan pasrah atas kondisi pandemi yang belum juga usai.
Akibatnya ia harus memutar otak agar penghasilannya mampu mencukupi Biaya sewa maupun biaya produksi tanpa terjebak dalam kerugian.
“Ya setidaknya satu gerai disini tetap bisa memenuhi segala pembiayaan, kita hadirkan menu-menu baru agar pelanggan tidak hilang,”katanya.
Selama 2 tahun pandemi covid-19 di Indonesia, wanita berusia 38 tahun tersebut mengaku belum pernah mencicipi bantuan dari Pemerintah sebagai pelaku UMKM.
"Selama ini ia hanya berjuang dengan penghasilan yang ada kemudian kembali diputar menjadi modal. Saat ini, menjadi jaman susah, orang pasti lebih mengutamakan membeli makanan pokok. Kalau dessert semacam ini kan kebutuhan sekunder,” sambung ia.
Bertahan adalah satu-satunya pilihan yang harus dihadapi umkm saat ini.
“Saya harap pandeminya yang cepat hilang agar roda ekonomi kembali membaik, adanya kebijakan PPKM kan pasti sudah dipikirkan pemerintah bukan semata-mata mau menyengsarakan pelaku umkm khususnya.”pungkasnya.
Kontributor : Fitria