Pemprov Ingin Ambil Alih Bangun Pasar Cinde, Ini Reaksi Ahli Arsitektur Sumsel

Rencana Pemerintah Daerah ingin mengambilalih pengelolaan pasar Cinde dinilai beragam oleh arsitektur Sumatera Selatan atau Sumsel.

Tasmalinda
Rabu, 09 Juni 2021 | 15:20 WIB
Pemprov Ingin Ambil Alih Bangun Pasar Cinde, Ini Reaksi Ahli Arsitektur Sumsel
Pasar Cinde sebelum dibongkar [ANTARA] Pemprov Ingin Ambil Alih Bangun Pasar CInde, Ini Kata Ahli Arsitektur Sumsel

SuaraSumsel.id - Pemerintah Provinsi  Sumatera Selatan yang  berencana mengambilalih pembangunan pasar Cinde Palembang memperoleh tanggapan dari sejumlah ahli arsitektur. Ahli arsitektur Sumatera Selatan atau Sumsel berharap agar pembangunan pasar Cinde masih mengembalikan fungsi awalnya.

Rencana pengambilalihan pembangunan pasar Cinde di Palembang diutarakan Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru dihadapan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Hal ini dilakukan dengan harapan Gubernur Ridwan Kamil, akan mampu membantu proses desain ulang pasar legendaris di jantung kota Palembang tersebut.

Namun sayangnya, pemilihan sosok arsitektur Ridwan Kamil diragukan oleh sejumlah arsitektur mengingat aliran keilmuan Ridwan Kamil cendung ke arah konpemtorer atau modern.

Baca Juga:Penyidikan Dugaan Korupsi BUMD PDPDE Sumsel Berlanjut, Kejagung Periksa Notaris

Tanpak kondisi pasar Cinde Palembang [pemotretan atas]
Tanpak kondisi pasar Cinde Palembang [pemotretan atas]

Sedangkan Pasar CInde yang dari dulu diperjuangkan sebagai cagar budaya diharapkan mampu kembali seperti mulanya.

Akademisi sekaligus arsitektur senior Sumatera Selatan, Ari Susanto berpendapat, penyelamatan pasar Cinde sebagai cagar budaya sebenarnya masih bisa dilaksanakan. Ia menyebutkan win-win solution. 

"Jika saya berpendapat, sebaiknya pembangunan pasar Cinde itu hanya 4 lantai. Hal ini, sangat sesuai peran dan fungsinya sebagai pasar seperti sebelumnya," kata Ari.

Karena jika mengacu pada rencana pengembang Alderon yang ingin membangun hingga 14 lantai, maka hal tersebut sangat tidak tepat disebut pasar lagi.

Terutama memahami kapasitas tampung kawasan dan upaya perlindungan bangunan yang tersisa yang mungkin saja masih bisa disebut sebagai bangunan Cagar Budaya.

Baca Juga:Bahan Baku Berlimpah, Kearifan Lokal Purun Sumsel Butuh Pasar

"Dengan masih ada bangunan yang tersisa sedikit tersebut, maka solusinya bisa tetap dibangun, menyeleraskan bangunan tersisa, namun konsepnya bukan mal, tapi mengembalikan fungsi pasar tradisional dan legendaris," sambung Ari.

Pasar Cinde Palembang sebelum dirobohkan [istimewa]
Pasar Cinde Palembang sebelum dirobohkan [istimewa]

Sehingga jika pun masih tersisa bangunan bagian depan, setidaknya masih menyisahkan bagian bangunan lama sebagai bagian dari cagar budaya.

Namun pertanyaan besarnya, konsep pembangunan seperti apa yang akan diusung Gubernur Herman Deru.

"Sekarang kita juga masih ingin mengetahui, pasar Cinde itu akan dibangun seperti apa. Apakah kesesuaian dan izin-izin pembangunan sudah sesuai dengan kondisi saat ini," terang ia.

Sementara Ketua Ikatan Ahli Arsitektu (IAI) Sumatera Selatan, Adriansyah lebih menilai, akan sangat sulit membangun pasar Cinde sebagai upaya penyelamatan cagar budaya.

Mengingat, pengembang sudah menghancurkan identitas cagar budaya pasar Cinde dan sedikit bangunan yang tersisa jjuga sudah tidak bisa dinyatakan mengembang fungsi cagar budaya atau bernilai budaya.

"Karena memang, saat merobohkan sama sekali tidak meninggalkan identitas cagar budaya. Memang konyol akhirnya, sehingga jika pun pembangunan dilanjutkan dengan harapan mengembalikan fungsi dan peran sebagai cagar budaya, maka akan sulit terpenuhi," terang ia.

Ia pun mengusulkan arsitektur yang akan melanjutkan pembangunan ke depannya hendaknya arsitektur senior dengan aliran arsitektur klasik. Bahwa satu pasar yang mengemban peran sebagai pasar legendaris hendaknya dikembalikan meski bentuknya seolah replika.

"Ya, bukan arsitektur yang cendrung kontemporer dan modern, karena yang ingin dikembalikan ialah nilai legendarisnya. Sebaiknya arsitektur yang senior, dan bergaya lama, karena arsitektur bangunan itu bukan hanya menghasilkan bangunan wow dan megah, namun bernilai seni sesuai peran diemban bangunan tersebut," terang Andriansyah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini