Kasus Covid 19 Sumsel Malah Meningkat Usai PPKM Mikro Tahap I

Kasus terkonfirmasi COVID 19 di Sumatera Selatan meningkat usai pemberlakukan PPKM Mikro tahap I.

Tasmalinda
Rabu, 28 April 2021 | 10:29 WIB
Kasus Covid 19 Sumsel Malah Meningkat Usai PPKM Mikro Tahap I
Ilustrasi - Dua orang tenaga kesehatan memeriksa mobil ambulans yang akan masuk ke Rumah Sakit.ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/ws. Kasus Covid 19 Sumsel Malah Meningkat Usai PPKM Mikro Tahap I

SuaraSumsel.id - Kasus konfirmasi positif COVID-19 di Sumatera Selatan meningkat usai pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro tahap I mulai 6-19 April.

Selain itu juga memicu bertambahnya daerah zona merah. Data kasus COVID-19 Dinkes Sumatera Selatan mencatat total kasus positif pada PPKM tahap II periode pekan pertama 20-26 April mencapai 793 kasus, sedangkan periode pekan pertama PPKM tahap I hanya terdapat 497 kasus.

"Memang kecenderungan untuk meningkat saat Ramadhan dan usai Lebaran akan terjadi," kata Epidemiolog Universitas Sriwijaya Dr. Iche Andriany Liberty, dilansir dari ANTARA, Rabu (28/4/2021).

Kasus COVID 19 meningkat membuat Sumsel kini memiliki dua wilayah zona merah yakni Kota Palembang dan Kabupaten OKU Timur, sementara 13 daerah lainnya zona oranye serta hanya dua daerah zona kuning.

Baca Juga:Operasi Ketupat Musi 6-17 Mei, Perbatasan Sumsel Dijaga dari Pemudik

Jika melihat monitor google monitoring index, pergerakan masyarakat di Sumsel tidak mengalami peningkatan signifikan, karena hanya naik tujuh persen untuk kunjungan ke toko makanan dan tujuh persen di area pemukiman. Sedangkan pergerakan di retail, pusat transportasi umum, tempat kerja dan taman mengalami penurunan hingga minus 20 persen.

Dr. Iche menilai peningkatan kasus yang terjadi saat ini lebih disebabkan lemahnya 3T yang memunculkan fenomena gunung es.

"Banyak yang terinfeksi tapi tidak terkonfirmasi, kemudian tidak diawasi dengan ketat, maka kelompok rentan atau bergejala yang muncul ke permukaan," katanya.

Selain itu positvy rate di Sumsel juga kini telah menyentuh angka 30 persen dan diperkirakan terus meningkat jika 3T belum optimal serta prokes terus diabaikan masyarakat.

Pengabaian prokes tersebut karena masyarakat dibuat bingung dengan berbagai regulasi yang ada, kata dia, apalagi kebijakan kadang tidak sinkron yakni di satu sisi berupaya membatasi mobilitas sementara di sisi lain 3T kurang optimal.

Baca Juga:Polda Sumsel Siapkan Empat Mobil Vaksinasi COVID 19 Datangi Lansia

Ia mengimbau Satgas COVID-19 di seluruh tingkatan lebih ketat mengawasi pergerakan masyarakat terutama para pemudik lokal, baik jelang momen lebaran dan terutama pada hari H Idul Fitri.

"Untuk saat ini potensi penularan paling besar ada di pasar-pasar bedug, maka masyarakat juga harus menjaga diri," ujarnya. (ANTARA).

REKOMENDASI

News

Terkini