Setelah Langka di Pasaran, Perajin Tahu dan Tempe Mulai Produksi

Perajin tahu kembali memulai produksinya setelah tiga hari terakhir melakukan aksi mogok imbas mahalnya harga kedelai hingga hilangnya tahu dan tempe di pasaran.

Iwan Supriyatna
Selasa, 05 Januari 2021 | 08:40 WIB
Setelah Langka di Pasaran, Perajin Tahu dan Tempe Mulai Produksi
Ilustrasi produsen tahu tempe. (Ayocirebon.com/Erika Lia)

SuaraSumsel.id - Perajin tahu di Kabupaten Lebak, Banten kembali memulai produksinya setelah tiga hari terakhir melakukan aksi mogok imbas mahalnya harga kedelai hingga hilangnya tahu dan tempe di pasaran.

"Kami menyiasati produksi diperkecil agar tetap bisa berjualan dan sedikit untung setelah harga kedelai melonjak," kata Herman, seorang perajin tahu di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak ditulis Selasa (5/1/2021).

Harga kedelai di pasar sejak sepekan terakhir yang cukup mahal membuat perajin tahu terpukul dan terpaksa menghentikan produksi agar pemerintah bisa kembali menstabilkan kedelai.

Sebab, jika harga kedelai itu tidak distabilkan dikhawatirkan perajin terancam gulung tikar.

Baca Juga:Keluh Kesah Produsen Tahu Tempe, Dilema Kurangi Ukuran hingga Naikkan Harga

Saat ini, harga kedelai sudah menembus Rp 470 ribu dari sebelumnya Rp 370 ribu/karung seberat 50 kilogram per karung.

"Naiknya cukup tinggi hingga mencapai Rp 100 ribu," katanya menjelaskan.

Ia pun memutar otak agar usahanya berlangsung dan dapat meraup keuntungan dengan memperkecil satuan tahu yang dijual ke konsumen.

Apabila produksi tidak diperkecil dipastikan rugi, karena konsumen cukup keberatan jika harga tahu dinaikkan.

"Kami bingung jika tidak diperkecil ukurannya dipastikan gulung tikar," katanya.

Baca Juga:Perajin Tempe di Malang: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula

Begitu juga Soleh (55) seorang warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan kini mengurangi penjualan yang awalnya satu kemasan dengan isi sebanyak 10 satuan tahu.

Namun, kini dikurangi menjadi 8 satuan dengan harga jual sebesar Rp 10 ribu.

Selama ini, harga kedelai sebagai bahan baku tahu sudah melonjak yang awalnya Rp 7.500 per kilogram kini harganya menjadi Rp 9.000/kilogram.

"Kami yakin harga kedelai impor tidak akan menurun sehubungan pandemi COVID-19 itu," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Dedi Rahmat mengajak perajin tahu dan tempe agar tetap bertahan untuk memproduksi usaha karena kenaikan kedelai tersebut tidak berlangsung lama.

Saat ini, pemerintah telah melakukan intervensi agar harga kedelai kembali stabil sehingga perajin tahu dan tempe kembali memproduksi dan bisa meraup keuntungan.

"Kami sudah melaporkan aksi mogok tahu dan tempe agar cepat ditangani oleh pemerintah pusat dan provinsi," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini