SuaraSumsel.id - Situasi pandemi mengakibatkan disrupsi media kian kencang, mengharuskan perusahaan media dituntut kian kreatif.
Berinovasi dengan menghadirkan fakta melalu pemberitaan yang faktual sekaligus mengikuti perubahan teknologi ialah upaya adaptasi atau bertahan dalam persaingan arus informasi saat ini.
Pada Kegiatan Outlook Series Tantangan Bisnis Media yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang, Rabu (23/12/2020), Jurnalis Wenny Ramdiastuti menyatakan literasi jurnalistik ialah kunci dari kualitas pekerja media guna menjawab tantangan situasi pandemi saat ini.
“Saya mau menekan literasi jurnalistik perlu dibudayakan. Profesi jurnalis menuntut pelakunya berjiwa baja, mampu bertahan dan menjawab tantangan, termasuk dalam situasi sekarang,” ungkapnya.
Baca Juga:Wali Kota Harnojoyo: Pekan Kedua Januari, Belajar Tatap Muka Boleh Digelar
Situasi pandemic, kata Kepala Newsroom Sriwijaya Post-Tribun Sumsel ini telah mengubah perilaku masyarakat, terutama mengadopsi kemajauan teknologi dan informasi.
Dengan perbaikan mutu jurnalistik, publik pun akan bisa mengetahui sumber informasi yang bisa diandalkan dalam situasi banjir informasi saat ini
“Peran media menjadi sangat penting. Saat, publik membutuhkan informasi yang mampu dipertanggungjawabkan, sehingga mutu jurnalistik ialah harapan menjawab tantangan media dewasa ini,” tegasnya.
Weny pun menyarankan berkolaborasi, saling berbagi menjadi upaya mewujudkan pers yang lebih baik.
Di sisi lain, Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia Sumatra Selatan (AMSI Sumsel) Sidratul Muntaha, berpendapat disrupsi media pada situasi pandemi memberikan tantangan baru bagi media pers.
Baca Juga:AJI Palembang Gelar Outlook Series Jurnalis 2021
“Terutama bagi media-media start up. Bagaimana kemampuan jurnalis bisa mempuni, menjawab tantangan berhadapan dengan media sosial. AMSI sendiri tengah berupaya demikian,” ujarnya.
Tantangan besarnya ialah menjawab bisnis media yang sehat, baik bagi pekerjanya terutama kualitas output jurnalistiknya.
“Salah satu cara ditempuh AMSI ialah berkolaborasi antar media atau dikenal dengan sindikasi. Misalnya saat ini, Suara.com yang bersindikasi dengan banyak media-media start up di daerah, membangun jaringan informasi yang sendirinya membangun komunitas media-media di daerah,” terang Sidra.
Ia pun sempat menyinggung tantangan berat yang dihadapi media massa ialah bagaimana mengembalikan kepercayaan publik dewasa ini.
“Perusahaan pers ditutut berinovasi mengolah produk pers. Misalnya, ada produk receh, tapi ternyata disukai. Bisa juga menonjolkan produk yang lokalistik. Menghadirkan informasi lokal, dekat dan bermanfaat bagi pembacanya," ungkap dia.
Sedangkan dari pengalaman media radio, Stasiun Manger Sonora FM dan Smart FM Palembang, Dina Apriana mengatakan kemajuan teknologi pada pers radio menuntut perusahaan juga beradaptasi, misalnya saat ini dikenal sistem siaran suara (podcast) dan inovasi lainnya.
“Pandemi memberikan tantangan baru, bagiamana media radio terus bertahan atas sumber pendapatan kian menurun, namun dengan berbagai hal dan inovasi yang muncul, radio masih akan bisa menjawab tantangannya,” ungkapnya.