Tasmalinda
Sabtu, 15 November 2025 | 17:56 WIB
penanaman mangrove yang dilakukan warga desa Sungsang IV kabupaten Banyuasin
Baca 10 detik
  • Abdullah Mustar memimpin upaya pemulihan mangrove di pesisir Sungsang IV.

  • Medco E&P Indonesia mendukung warga melalui program rehabilitasi lingkungan.

  • Mangrove yang kembali tumbuh membantu memulihkan pesisir dan kehidupan masyarakat.

SuaraSumsel.id - Suara mesin perahu nelayan baru saja mereda ketika Abdullah Mustar mengangkat ujung celananya sedikit lebih tinggi. Lumpur pesisir Sungsang IV masih basah setelah pasang malam, namun pria paruh baya itu melangkah santai, seperti seseorang yang telah seumur hidup bersahabat dengan aroma asin laut.

“Sebelumnya, kalau saya berdiri di sini, gelombang bisa sebetis. Sekarang lihat, tanaman-tanaman ini mulai menjaga kami lagi,” ujarnya.

Di hadapannya, barisan tanaman mangrove muda tampak rapi. Daunnya hijau segar, akarnya mulai mencengkeram lumpur dengan percaya diri, seperti pagar hidup yang baru dipasang kembali setelah sempat roboh.

Abdullah tersenyum kecil. Ia bukan hanya penjaga kawasan, tapi saksi mata bagaimana pesisir ini pernah hampir hilang. Sebagai Ketua Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa  atau dikenal LDPHD Sungsang IV, ia memikul tanggung jawab bersama belasan anggota lainnya untuk melindungi hutan desa yang pernah rusak parah.

Ia masih ingat jelas masa ketika kampung ini seperti kehilangan perisai. Sejak 2014, masyarakat makin massif membuka kawasan mangrove secara besar-besaran. Motivasinya sederhana yakni menambah lahan garapan. Namun keberanian itu memakan harga mahal. Tanpa mangrove, garis pantai tidak punya lagi penghalang alami.

Ombak masuk lebih dalam, rob semakin sering, dan rumah-rumah di tepi pesisir seperti berdiri langsung menghadap laut yang setiap musim bisa berubah ganas. “Kalau angin barat datang, kami sudah siap-siap angkat barang,” kata Abdullah.

Dampaknya muncul cepat. Ikan tirusan, kepiting bakau, udang, yakni biota yang selama ini menghidupi warga, tiba-tiba sulit ditemukan. Tanpa akar mangrove sebagai rumahnya, mereka pergi. Nelayan pulang dengan hasil seadanya. Suasana kampung berubah tegang setiap musim utara.

Awal harapan mulai hadir. Pada 2018, Abdullah melihat kelompok ikan kecil berenang di sekitar akar mangrove Rhizophora yang tersisa. Akar itu tumbuh dari pohon yang tak sengaja dibiarkan saat pembukaan lahan. “Hal Itu jadi tanda buat kami. Kalau ikan saja masih mau kembali, berarti kami harus mulai lagi,” ujarnya dihubungi belum lama ini.

Setelah itu, percakapan warga pelan-pelan berubah. Tidak ada pengumuman besar, tapi obrolan dari warung, hingga dermaga ikan mulai satu suara yakni menjaga sisa mangrove adalah satu-satunya jalan.

Baca Juga: Listrik Padam di Paripurna DPRD Sumsel, Benar Gangguan Teknis atau Ada yang Janggal?

Pada 2021, warga mulai menanam bibit seadanya. Setahun kemudian, desa mengurus peningkatan kewenangan hutan desa. Hingga akhirnya, pada 7 Juni 2023, Sungsang IV memperoleh SK KLHK Nomor 6219, yang memberi legitimasi penuh bagi desa untuk mengelola hutan mereka sendiri.

Skala kerusakan pesisir Sungsang terlalu besar jika hanya ditangani swadaya. Pemulihan mulai mendapat percepatan ketika Medco E&P Indonesia, perusahaan energi yang memiliki rekam jejak program lingkungan, menetapkan Sungsang IV sebagai lokasi prioritas sejak 2024.

Medco tidak datang sekadar membawa program. Mereka datang untuk memahami bagaimana desa bekerja.

Relations Support Medco, Noerdiana Reni, mengatakan bahwa pemilihan Sungsang IV dilakukan melalui pertimbangan mendalam termasuk kesiapan masyarakat dalam pembibitan dan kesesuaian dengan kebutuhan lingkungan. Medco juga fokus pada restorasi mangrove karena kemampuannya menyerap karbon jauh lebih besar dibanding tanaman darat. “Mangrove itu penyerap karbon alami yang sangat penting dalam konteks perubahan iklim,” ujarnya.

Pernyataan itu sejalan dengan penjelasan Hirmawan Eko Prabowo, Manager Field Relation & Community Enhancement Medco E&P Indonesia. Dia menjelaskan program ini bagian dari komitmen perusahaan untuk rehabilitasi lingkungan, mitigasi perubahan iklim, serta memberikan manfaat ekonomi melalui ekowisata dan pemanfaatan mangrove.

Di lapangan, bentuk dukungan itu terasa nyata. Bibit mangrove disiapkan masyarakat sendiri, lalu dibeli oleh Medco sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi warga. Penanamannya dilakukan bersama, sementara perawatannya dikerjakan oleh masyarakat melalui pemantauan berkala, bukan sekali tanam lalu selesai.

Load More