-
Abdullah Mustar memimpin upaya pemulihan mangrove di pesisir Sungsang IV.
-
Medco E&P Indonesia mendukung warga melalui program rehabilitasi lingkungan.
-
Mangrove yang kembali tumbuh membantu memulihkan pesisir dan kehidupan masyarakat.
SuaraSumsel.id - Suara mesin perahu nelayan baru saja mereda ketika Abdullah Mustar mengangkat ujung celananya sedikit lebih tinggi. Lumpur pesisir Sungsang IV masih basah setelah pasang malam, namun pria paruh baya itu melangkah santai, seperti seseorang yang telah seumur hidup bersahabat dengan aroma asin laut.
“Sebelumnya, kalau saya berdiri di sini, gelombang bisa sebetis. Sekarang lihat, tanaman-tanaman ini mulai menjaga kami lagi,” ujarnya.
Di hadapannya, barisan tanaman mangrove muda tampak rapi. Daunnya hijau segar, akarnya mulai mencengkeram lumpur dengan percaya diri, seperti pagar hidup yang baru dipasang kembali setelah sempat roboh.
Abdullah tersenyum kecil. Ia bukan hanya penjaga kawasan, tapi saksi mata bagaimana pesisir ini pernah hampir hilang. Sebagai Ketua Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa atau dikenal LDPHD Sungsang IV, ia memikul tanggung jawab bersama belasan anggota lainnya untuk melindungi hutan desa yang pernah rusak parah.
Ia masih ingat jelas masa ketika kampung ini seperti kehilangan perisai. Sejak 2014, masyarakat makin massif membuka kawasan mangrove secara besar-besaran. Motivasinya sederhana yakni menambah lahan garapan. Namun keberanian itu memakan harga mahal. Tanpa mangrove, garis pantai tidak punya lagi penghalang alami.
Ombak masuk lebih dalam, rob semakin sering, dan rumah-rumah di tepi pesisir seperti berdiri langsung menghadap laut yang setiap musim bisa berubah ganas. “Kalau angin barat datang, kami sudah siap-siap angkat barang,” kata Abdullah.
Dampaknya muncul cepat. Ikan tirusan, kepiting bakau, udang, yakni biota yang selama ini menghidupi warga, tiba-tiba sulit ditemukan. Tanpa akar mangrove sebagai rumahnya, mereka pergi. Nelayan pulang dengan hasil seadanya. Suasana kampung berubah tegang setiap musim utara.
Awal harapan mulai hadir. Pada 2018, Abdullah melihat kelompok ikan kecil berenang di sekitar akar mangrove Rhizophora yang tersisa. Akar itu tumbuh dari pohon yang tak sengaja dibiarkan saat pembukaan lahan. “Hal Itu jadi tanda buat kami. Kalau ikan saja masih mau kembali, berarti kami harus mulai lagi,” ujarnya dihubungi belum lama ini.
Setelah itu, percakapan warga pelan-pelan berubah. Tidak ada pengumuman besar, tapi obrolan dari warung, hingga dermaga ikan mulai satu suara yakni menjaga sisa mangrove adalah satu-satunya jalan.
Baca Juga: Listrik Padam di Paripurna DPRD Sumsel, Benar Gangguan Teknis atau Ada yang Janggal?
Pada 2021, warga mulai menanam bibit seadanya. Setahun kemudian, desa mengurus peningkatan kewenangan hutan desa. Hingga akhirnya, pada 7 Juni 2023, Sungsang IV memperoleh SK KLHK Nomor 6219, yang memberi legitimasi penuh bagi desa untuk mengelola hutan mereka sendiri.
Skala kerusakan pesisir Sungsang terlalu besar jika hanya ditangani swadaya. Pemulihan mulai mendapat percepatan ketika Medco E&P Indonesia, perusahaan energi yang memiliki rekam jejak program lingkungan, menetapkan Sungsang IV sebagai lokasi prioritas sejak 2024.
Medco tidak datang sekadar membawa program. Mereka datang untuk memahami bagaimana desa bekerja.
Relations Support Medco, Noerdiana Reni, mengatakan bahwa pemilihan Sungsang IV dilakukan melalui pertimbangan mendalam termasuk kesiapan masyarakat dalam pembibitan dan kesesuaian dengan kebutuhan lingkungan. Medco juga fokus pada restorasi mangrove karena kemampuannya menyerap karbon jauh lebih besar dibanding tanaman darat. “Mangrove itu penyerap karbon alami yang sangat penting dalam konteks perubahan iklim,” ujarnya.
Pernyataan itu sejalan dengan penjelasan Hirmawan Eko Prabowo, Manager Field Relation & Community Enhancement Medco E&P Indonesia. Dia menjelaskan program ini bagian dari komitmen perusahaan untuk rehabilitasi lingkungan, mitigasi perubahan iklim, serta memberikan manfaat ekonomi melalui ekowisata dan pemanfaatan mangrove.
Di lapangan, bentuk dukungan itu terasa nyata. Bibit mangrove disiapkan masyarakat sendiri, lalu dibeli oleh Medco sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi warga. Penanamannya dilakukan bersama, sementara perawatannya dikerjakan oleh masyarakat melalui pemantauan berkala, bukan sekali tanam lalu selesai.
Tag
Berita Terkait
-
Ketika Hulu Migas Menanam Pengetahuan, dan Dari Daun Kecil Tumbuh Kesehatan Desa
-
11 Bulan Tak Digaji, Ratusan Guru Honor Swasta di Muba Turun ke Jalan Tuntut Hak Mereka
-
Energi Rakyat, Energi Negeri: Dari Ladang Minyak Rakyat Menuju Swasembada Energi
-
Konsorsium Pelabuhan Tanjung Carat Resmi Terbentuk, tapi Bisakah Tetap Jaga Mangrove?
-
Bayar Pajak di Muba Kini Semudah Klik! Pemkab Gandeng Bank Sumsel Babel Ciptakan Sistem Digital
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- Biodata dan Pendidikan Gus Elham Yahya yang Viral Cium Anak Kecil
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Cek Fakta: Video Menkeu Purbaya Bongkar Kerugian BUMN Viral, Faktanya Begini
-
Ketika Akar Kembali Menguat: Harapan Sungsang IV yang Bertumbuh Bersama Medco
-
Cek Fakta: Viral Isu Purbaya Jebloskan Luhut ke Penjara, Begini Faktanya!
-
Dukung Ekonomi Rakyat, BRI Kembangkan 41.715 Klaster Usaha dan LinkUMKM
-
Listrik Padam di Palembang Hari Ini, Cek Daftar Wilayah yang Terdampak!