Tasmalinda
Kamis, 14 Agustus 2025 | 23:36 WIB
Dokter RSUD Sekayu viral

SuaraSumsel.id - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumatera Selatan menyatakan siap mengawal proses hukum kasus pengancaman yang menimpa seorang dokter di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba).

Kejadian ini memicu keprihatinan mendalam di kalangan tenaga kesehatan, mengingat insiden terjadi saat dokter sedang menjalankan tugas di ruang perawatan intensif.

Ketua IDI Sumsel, dr. Abla Ghanie Irwan, mengatakan bahwa pihaknya menyesalkan segala bentuk kekerasan, apalagi jika dialami oleh tenaga medis yang bekerja dengan niat tulus untuk menyelamatkan nyawa pasien.

“Pasien atau keluarganya memang bisa saja merasa tidak puas dengan pelayanan dokter. Tetapi seharusnya hal itu disampaikan dengan komunikasi yang baik, dengan kepala dingin. Kekerasan bukanlah solusi,” ujar Abla di Palembang, Kamis (14/8).

Dampingi Korban, Kawal Proses Hukum

IDI Sumsel menegaskan telah memberikan pendampingan hukum kepada korban, dr. Syahpri, bahkan melibatkan tim dari IDI Pusat. Tujuannya memastikan proses hukum berjalan transparan dan sesuai aturan.

“Segala bentuk penganiayaan dan kekerasan, apalagi kekerasan fisik, harus ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku. Kami berharap pihak berwenang segera mengambil langkah hukum yang tegas,” tegas Abla.

Ia juga mengimbau seluruh rumah sakit di Sumsel memperkuat sistem perlindungan bagi tenaga medis, baik dokter, perawat, maupun staf lainnya. Hal ini untuk mencegah kasus serupa terulang di masa depan.

Kronologi Kejadian

Baca Juga: Kenapa Pelabuhan Tanjung Carat Banyuasin Jadi Proyek Strategis yang Dikebut Sumsel?

Berdasarkan keterangan dr. Syahpri, insiden berawal ketika keluarga pasien diduga memaksa dirinya melepas masker saat memeriksa pasien di ruang ICU VIP RSUD Sekayu. Tindakan tersebut dianggap mengancam keselamatan dirinya sebagai tenaga medis dan melanggar protokol kesehatan yang berlaku.

“Saya sudah bekerja sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit. Masker adalah bagian dari perlindungan diri dan pasien. Memaksa melepas masker, apalagi di ruang ICU, jelas bertentangan dengan prinsip keselamatan,” ujar dr. Syahpri.

Insiden ini menambah deretan kasus kekerasan terhadap tenaga kesehatan di Indonesia, yang dalam beberapa tahun terakhir meningkat seiring tingginya beban kerja dan ketegangan di fasilitas pelayanan kesehatan.

IDI Sumsel mengingatkan bahwa keselamatan tenaga kesehatan adalah bagian tak terpisahkan dari keselamatan pasien. Jika dokter dan perawat tidak merasa aman, kualitas layanan medis pun terancam.

“Kami ingin memastikan setiap dokter bisa bekerja tanpa rasa takut atau tertekan. Perlindungan hukum dan keamanan di tempat kerja adalah hak mereka,” tutup Abla. [ANTARA]

Load More