Gajah Sumatera dan Manusia: 2.500 Tahun Persahabatan yang Kini Terancam Punah

Siapa yang tidak mengenal gajah? Satwa bertubuh raksasa dengan belalai panjang dan gading megah ini telah menjadi ikon dunia sejak ribuan tahun lalu.

Tasmalinda
Kamis, 14 Agustus 2025 | 13:35 WIB
Gajah Sumatera dan Manusia: 2.500 Tahun Persahabatan yang Kini Terancam Punah
Peringatan hari gajah di Sumatera Selatan

SuaraSumsel.id - Siapa yang tidak mengenal gajah? Satwa bertubuh raksasa dengan belalai panjang dan gading megah ini telah menjadi ikon dunia sejak ribuan tahun lalu.

Namun, di balik pesona dan simbol kemuliaannya, gajah khususnya gajah sumatera, sedang menghadapi ancaman yang besar.

Pada 2025, terbit buku “Kisah Gajah Sumatera: Liputan Jurnalistik Mongabay Indonesia” yang menghimpun 44 artikel yang menyusuri jejak panjang interaksi manusia dengan gajah dari masa prasejarah hingga era modern.

Peluncuran dan diskusi buku ini digelar bertepatan dengan Hari Gajah Sedunia, Selasa 12 Agustus 2025 lalu, di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang.

Baca Juga:Pekan QRIS Nasional 2025 di Sumsel: Naik LRT Cuma Rp80, Hadiah & Promo Bertebaran

Dengan tiga narasumber yakni Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Sumatera Kristanto Januardi, Kaprodi MPI FITK UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Arwan, M. Pd.I dan  Jurnalis Mongabay Indonesia, Taufik Wijaya.

Salah satu penulis buku dan narasumber, Taufik Wijaya menyebutkan jika buku ini mendokumentasikan bagaiman Gajah Sumatera juga memiliki sejarah panjang dengan  masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel).

Relief gajah di Candi Borobudur dan catatan sejarah Sriwijaya hingga Kesultanan Aceh menunjukkan bahwa gajah pernah menjadi bagian dari kebudayaan, militer, hingga simbol kekuasaan.

Hal juga digambarkan oleh Kristanto dalam paparannya bahwa manusia di Sumatera, khususnya di Sumatera Selatan, sudah memiliki hubungan dengan gajah sejak pra sejarah.

"Buktinya dari tinggalan arca, hingga topomini wilayah," katanya.

Baca Juga:Komisaris Independen Jamkrida Sumsel Diperiksa Polda, Diduga Gelapkan Rp500 Juta?

Jejak Panjang Gajah di Nusantara

Penelusuran dalam buku ini membawa pembaca mundur jauh ke masa 2.500–1.500 SM, saat pahatan batu di Pasemah, Sumatera Selatan, menggambarkan gajah berdampingan dengan manusia, bahkan ditunggangi oleh sosok yang mengenakan helm dan baju zirah.

Jejak fosil nenek moyang gajah, Stegodon, juga ditemukan di berbagai situs arkeologi Jawa, membuktikan bahwa gajah pernah hidup berdampingan dengan manusia purba di Nusantara.

Relief gajah di Candi Borobudur dan catatan sejarah Sriwijaya hingga Kesultanan Aceh menunjukkan bahwa gajah pernah menjadi bagian dari kebudayaan, militer, hingga simbol kekuasaan.

Memasuki era modern, kisah gajah berubah drastis.

Di tengah laju deforestasi dan ekspansi perkebunan, gajah kerap dianggap hama atau ancaman. Habitat yang tersisa pun terfragmentasi, meski telah ada taman nasional, hutan lindung, atau suaka margasatwa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak