SuaraSumsel.id - Seiring meningkatnya popularitas mobil listrik di Indonesia, pertanyaan besar mulai muncul: lebih hemat mana, mobil listrik atau bensin? Selain harga beli, faktor biaya perawatan jangka panjang menjadi pertimbangan penting sebelum memilih kendaraan.
Meski mobil listrik kerap disebut sebagai solusi masa depan yang lebih ramah lingkungan, bagaimana sebenarnya biaya perawatan keduanya dalam jangka panjang?
Berikut ulasan mendalamnya:
1. Komponen Mesin: Listrik Lebih Sederhana, Bensin Lebih Kompleks
Baca Juga:Lebih Banyak Beli Rokok daripada Beras? Ini Fakta Mengejutkan Warga Sumsel
Mobil bensin memiliki ratusan komponen mesin yang bergerak, mulai dari piston, oli mesin, filter, hingga sistem pendingin. Semua ini butuh perawatan rutin dan penggantian berkala.
Sebaliknya, mobil listrik memiliki sistem penggerak yang jauh lebih sederhana. Tidak ada oli mesin, tidak ada knalpot, dan tidak ada sistem transmisi konvensional. Artinya, lebih sedikit komponen yang bisa rusak atau aus.
Bisa diprediksikan jika akan hemat hingga 30–50% dalam perawatan mesin.
2. Ganti Oli? Mobil Listrik Tidak Perlu
Salah satu keuntungan besar mobil listrik: tidak butuh ganti oli. Ini berbeda dengan mobil bensin yang harus ganti oli setiap 5.000–10.000 km.
Baca Juga:Inflasi Sumsel Naik Tipis, Tapi Masih Aman! Ini Langkah Pemerintah Kendalikan Harga Pangan
Dengan asumsi biaya ganti oli dan filter sekitar Rp400.000–Rp600.000 per servis, ini berarti mobil bensin menghabiskan jutaan rupiah hanya untuk oli setiap tahun.
3. Sistem Rem: Mobil Listrik Lebih Tahan Lama
Mobil listrik umumnya menggunakan regenerative braking yang mengubah energi pengereman menjadi tenaga listrik kembali ke baterai. Hasilnya, rem mobil listrik lebih awet karena tidak bekerja sekeras mobil bensin.
Efisiensi ini membuat penggantian kampas rem bisa ditunda lebih lama, menghemat biaya hingga Rp1 juta per tahun.
4. Baterai: Kelemahan Terbesar Mobil Listrik
Meski banyak biaya bisa dihemat, mobil listrik punya satu titik rawan: baterai. Umur pakai baterai bisa mencapai 8–10 tahun, tapi saat perlu diganti, biayanya sangat tinggi—bisa mencapai Rp100 juta atau lebih, tergantung merek dan kapasitas.
![Ilustrasi port charging mobil listrik. [BYD]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/01/95366-ilustrasi-charging-mobil-listrik.jpg)
Namun, beberapa pabrikan kini menawarkan garansi baterai hingga 8 tahun, yang bisa jadi jaminan ketenangan bagi pengguna.
5. Biaya Servis Berkala: Selisih Signifikan
Mobil bensin umumnya membutuhkan servis berkala setiap 10.000 km, dengan biaya yang bisa mencapai Rp1 juta hingga Rp3 juta, tergantung pada jenis kendaraan dan usia mobil.
Servis ini mencakup penggantian oli, filter udara, busi, hingga pengecekan sistem pendingin dan rem.
Di sisi lain, mobil listrik menawarkan pengalaman servis yang jauh lebih ringan dan efisien.
Tanpa kebutuhan ganti oli dan komponen mesin konvensional, perawatan rutin mobil listrik sering kali hanya melibatkan pemeriksaan sistem kelistrikan, kondisi baterai, dan pembaruan software.
Tak heran jika dalam jangka panjang, biaya perawatan mobil listrik bisa ditekan drastis.
Total biaya servis tahunan mobil listrik bisa 50–70% lebih murah dari mobil bensin.
6. Biaya Harian: Pengisian Daya vs. Beli BBM
Dari sisi pengeluaran harian, mobil listrik jelas lebih hemat.
Jika mengisi daya di rumah, tarif listrik sekitar Rp1.500 per kWh, dan untuk menempuh jarak 100 km, dibutuhkan sekitar 15–18 kWh, setara dengan biaya hanya Rp27.000. Bandingkan dengan mobil bensin yang rata-rata mengkonsumsi 1 liter untuk 12 km.
Dengan harga Pertalite Rp10.000 per liter, untuk jarak yang sama, pengguna harus merogoh kocek sekitar Rp83.000.
Artinya, berkendara dengan mobil listrik bisa menghemat hingga 60 persen biaya perjalanan harian—selisih yang terasa besar dalam pemakaian jangka panjang.
Mobil listrik lebih hemat biaya perjalanan harian hingga 60–70%.
Mana yang Lebih Untung?
Mobil listrik lebih unggul dalam efisiensi biaya jangka panjang, terutama dari sisi perawatan dan pemakaian harian.
Tapi perlu diingat, biaya penggantian baterai dan ketersediaan infrastruktur charging masih menjadi tantangan tersendiri.
Bagi Anda yang tinggal di kota besar dengan akses SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum), mobil listrik bisa jadi pilihan yang semakin rasional.