Penuh Doa, Begini Cara Warga Sumsel Sambut 1 Muharram 1447 H dengan Tradisi Islam

Dibalut dalam semangat hijrah, warga Sumsel menyambut tahun baru Islam dengan tradisi-tradisi unik yang bukan hanya mempererat tali ukhuwah

Tasmalinda
Kamis, 26 Juni 2025 | 21:33 WIB
Penuh Doa, Begini Cara Warga Sumsel Sambut 1 Muharram 1447 H dengan Tradisi Islam
Sejumlah warga mengikuti pawai obor di RW 08 Kelurahan Menteng, Jakarta, Kamis (26/6/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraSumsel.id - Tanggal 1 Muharram tak sekadar penanda pergantian kalender Hijriah.

Di Sumatera Selatan, khususnya Kota Palembang dan beberapa kabupaten/kota lain seperti Ogan Ilir, Lahat, hingga OKU Timur, 1 Muharram menjadi momentum spiritual yang dirayakan dengan penuh kekhidmatan melalui berbagai tradisi turun-temurun.

Dibalut dalam semangat hijrah, warga Sumsel menyambut tahun baru Islam dengan tradisi-tradisi unik yang bukan hanya mempererat tali ukhuwah, tapi juga menguatkan kesadaran kolektif untuk kembali pada nilai-nilai kebaikan dan introspeksi diri.

Pawai Obor, Simbol Terang dalam Hijrah

Baca Juga:Gerakan Sultan Muda Sumsel Menyebar ke 5 Daerah, UMKM Lokal Kini Punya Akses KUR dan BPJS

Salah satu tradisi paling semarak adalah pawai obor yang digelar pada malam pergantian tahun Hijriah. Di Palembang, ribuan warga – mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua – memadati jalan-jalan utama sambil membawa obor bambu yang menyala terang.

Peserta biasanya berasal dari santri TPQ, sekolah-sekolah Islam, hingga majelis taklim.

Pawai diiringi shalawat, bendera tauhid, dan kadang juga diisi dengan tabuhan hadrah dan rebana. Suasana religius terasa kental, apalagi saat pembacaan doa awal tahun dilakukan bersama sebelum pawai berakhir.

Tradisi ini bukan hanya tontonan, tapi menjadi pengingat simbolis bahwa hijrah adalah meninggalkan kegelapan menuju cahaya.

.Minum Susu Putih: Simbol Awal yang Bersih

Baca Juga:Sumsel Tetapkan Status Siaga Karhutla, Apa Bisa Atasi Asap di Musim Kemarau Ini?

Di beberapa kampung tua di Palembang dan sekitarnya, terutama yang masih mempertahankan adat Melayu-Islam, masyarakat punya tradisi minum susu putih saat malam 1 Muharram.

Tradisi ini konon dibawa dari ajaran ulama besar Makkah, Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, dan berkembang melalui jalur tarekat.

Ilustrasi meminum susu. (Pexels/samer daboul)
Ilustrasi meminum susu. (Pexels/samer daboul)

Minum susu putih menjadi simbol menyambut tahun baru dengan jiwa bersih, hati yang suci, serta niat baru yang tulus.

Doa Bersama dan Zikir Akbar

Masjid-masjid besar di Palembang seperti Masjid Agung SMB I, Masjid Taqwa Kenten, dan Masjid Cheng Ho rutin menggelar doa akhir dan awal tahun secara berjamaah. Bahkan beberapa masjid menyelenggarakan zikir akbar dan pengajian refleksi hijrah yang dihadiri ratusan jamaah.

Tak jarang, kegiatan ini dilanjutkan dengan tausiyah dari ulama lokal mengenai makna hijrah kontemporer, pentingnya memulai tahun dengan niat baik, serta evaluasi diri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini