Sejarah Ziarah Kubro: Perjalanan Spiritual di Tengah Modernitas Kota Palembang

Sejarah Ziarah Kubro di Palembang tidak bisa dilepaskan dari peran penting kota ini sebagai pusat penyebaran agama Islam di Sumatera Selatan.

Tasmalinda
Jum'at, 21 Februari 2025 | 12:56 WIB
Sejarah Ziarah Kubro: Perjalanan Spiritual di Tengah Modernitas Kota Palembang
Puncak ziarah kubro di Palembang, Sumatera Selatan [ANTARA]

SuaraSumsel.id - Di tengah hiruk pikuk kota Palembang yang modern, sebuah tradisi ziarah akbar tetap hidup dan berkembang, menjadi denyut nadi spiritual bagi ribuan umat Islam. Ziarah Kubro, atau ziarah besar bukan sekadar perjalanan mengunjungi makam para ulama dan auliya (kekasih Allah).

Ziara kubro menjadi perpaduan antara penghormatan sejarah, pencarian keberkahan, dan penguatan identitas keislaman yang telah bersemi di Palembang sejak lama.

Akar Sejarah yang Panjang

Sejarah Ziarah Kubro di Palembang tidak bisa dilepaskan dari peran penting kota ini sebagai pusat penyebaran agama Islam di Sumatera Selatan. Sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam, Palembang telah melahirkan banyak ulama besar yang memiliki pengaruh luas.

Baca Juga:Masjid Agung hingga Jembatan Ampera Palembang: 6 Cagar Budaya Baru Ditetapkan

Makam-makam mereka menjadi tujuan ziarah yang ramai dikunjungi, terutama pada momen-momen penting dalam kalender Islam.

Tradisi ziarah ini semakin menguat pada abad ke-19 dan ke-20, seiring dengan munculnya tokoh-tokoh ulama kharismatik yang menjadi panutan masyarakat.

Nama-nama seperti Habib Ahmad bin Syech Shahab, Habib Abdurrahman Assegaf, dan Habib Pangeran Syarif Ali Syeikh Abubakar sangat dihormati dan makam mereka menjadi pusat ziarah yang tak pernah sepi.

Transformasi Menjadi Agenda Wisata Religi

Ziarah Kubro mengalami transformasi signifikan pada era modern. Jika sebelumnya ziarah dilakukan secara individual atau kelompok kecil, kini Ziarah Kubro dikemas menjadi acara yang lebih terorganisir dan melibatkan ribuan peserta.

Baca Juga:Rangkaian Acara Haul dan Ziarah Kubra Ulama Palembang: Tradisi Spiritual Menyatukan Umat

Pada tahun 2013, Pemerintah Kota Palembang secara resmi menjadikan Ziarah Kubro sebagai agenda wisata religi, yang semakin meningkatkan popularitas dan daya tariknya. Penetapan sebagai agenda wisata religi ini menjadi momentum penting bagi Ziarah Kubro," ujar Ahmad Fauzi.

"Selain melestarikan tradisi ziarah, kita juga bisa mengenalkan sejarah Islam Palembang kepada masyarakat luas, termasuk wisatawan dari dalam dan luar negeri," sambungnya.

Rangkaian Acara yang Meriah dan Khidmat

Ziarah Kubro biasanya berlangsung selama beberapa hari, dengan rangkaian acara yang padat dan beragam. Dimulai dengan ziarah ke makam-makam ulama dan auliya yang tersebar di berbagai lokasi di Palembang, seperti Gubah Al-Habib Ahmad bin Syech Shahab, Pemakaman Telaga Sewidak, dan Pemakaman Kesultanan Palembang Darussalam di Kawah Tengkurep.

Puncak acara biasanya berupa kirab atau long march yang diikuti ribuan peserta, diiringi dengan tetabuhan rebana, hadrah, dan pembacaan shalawat. Suasana khidmat dan meriah bercampur menjadi satu, menciptakan pengalaman spiritual yang mendalam bagi para peziarah.

Selain ziarah makam, Ziarah Kubro juga diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan lainnya, seperti pembacaan Maulid Nabi, ceramah agama, dan diskusi keislaman. Para ulama dan tokoh agama dari berbagai daerah diundang untuk memberikan tausiyah dan pencerahan kepada para peserta.

Lebih dari Sekadar Ziarah

Ziarah Kubro bukan hanya sekadar ritual keagamaan. Ia juga memiliki dimensi sosial dan budaya yang penting. Ziarah Kubro menjadi ajang silaturahmi dan mempererat ukhuwah Islamiyah antarumat. Para peziarah dari berbagai daerah dan negara berkumpul, saling berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta memperkuat rasa persaudaraan.

Selain itu, Ziarah Kubro juga memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat Palembang. Ribuan peziarah yang datang membelanjakan uang mereka untuk akomodasi, transportasi, makanan, dan oleh-oleh, yang menghidupkan sektor pariwisata dan UMKM lokal.

Melestarikan Tradisi, Merawat Sejarah

Ziarah Kubro adalah warisan berharga yang harus terus dilestarikan dan dirawat. Ia adalah cermin dari sejarah panjang dan kaya akan nilai-nilai spiritual dan budaya.

Dengan menjaga tradisi Ziarah Kubro, kita tidak hanya menghormati para ulama dan auliya yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Palembang, tetapi juga merawat identitas dan jati diri kita sebagai umat Islam yang berakar kuat pada sejarah dan tradisi.

"Ziarah Kubro adalah bagian dari identitas kami sebagai masyarakat Palembang," kata Fauzi.

"Kami berharap tradisi ini akan terus hidup dan berkembang, menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai sejarah dan memperkuat keimanan." ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini