SuaraSumsel.id - Wartawan senior, Dahlan Iskan tampaknya makin penasaran dengan sosok pengusaha penyumbang Rp 2 triliun bagi penanganan COVID 19 di Sumatera Selatan.
Ia terus berusaha mengetahui sosok almarhum Akidi Tio termasuk keluarganya. Dalam unggahan Catatan Dahlan Iskan, ia menulis dua cacatan mengenai pengusaha lokasi Akidi Tio yang dikenal sangat dermawan tersebut.
Dahlan berhasil menemui seseorang perempuan yang dikatakan sangat dekat dengan Heriyanti, anak perempuan Akidi Tio. Dengan kalimat, bertemu seseorang yang masih dirahasiakan identitasnya tersebut.
Perempuan ini disebutnya orang Padang yang lahir di Sumatera Selatan juga, ia punya darah langkat. Perempuan ini cantik sekali sekaligus pintar.
Baca Juga:Ratusan Personil Polda Sumsel Terinfeksi COVID 19
Ia menguasai bahasa Inggris, Prancis, Jerman dan Belanda. "Sekarang pekerjaannya pun sangat terhormat-sampai sekarang," kata Dahlan Iskan.
Sehari sebelum bertemu Si Cantik, Dahlan Iskan diliputi penuh keraguan: jangan-jangan sumbangan Rp 2 triliun itu pepesan kosong.
Betapa terbantingnya Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri dan betapa terpukulnya masyarakat Tionghoa se-Indonesia.
Apalagi, dua hari lalu, Dahlan Iskan sempat mendapat info sinis ini: jangankan uang Rp 2 triliun, bayar utang Rp 3 miliar pun tidak bisa. Sudah bertahun-tahun. Setiap ditagih selalu dijawab sebentar lagi, tidak lama lagi, bulan depan, minggu depan, dan sebangsa itu.
"Tangan saya pun gemetar ketika mendapat kepastian bahwa Heryanti memang punya utang itu. Yang belum terbayar itu. Bukan hoax," kata Dahlan Iskan.
Baca Juga:Butuh Oksigen Medis, Warga Sumsel Bisa Gratis di Posko Ini
Ditambah lagi, begitu banyak pengusaha Tionghoa yang saya hubungi: semua tidak tahu siapa Aki –panggilan Akidi Tio.
Dikatakan Dahlan, lebih lagi ketika Prof Dr dr Hardi Darmawan tidak mau lagi menjawab teleponnya.
"Padahal beliau lah orang pertama yang dihubungi Heryanti. Untuk mengantarkannyi ke Kapolda –menyerahkan bantuan itu, secara simbolis. Saya pun down: alangkah mengecewakannya bila semua itu pepesan kosong. Maka saya terus bergerilya mencari sumber yang bisa diandalkan. Saya memang mendapatkan nomor telepon Heryanti tapi tidak berhasil saya kontak.
Sampailah akhirnya saya menemukan wanita cantik –dengan lima ''i'' itu," sambung ia.
Si Cantik ternyata sangat kasihan pada Heryanti. Dua hari terakhir media mulai meragukan kebenaran sumbangannya itu.
"Kenapa media begitu?" tanya Si Cantik kepada Dahlan Iskan.
Memang benar adanya, Si Cantik pernah memberi pinjaman Rp 3 miliar kepada Heryanti. Tapi tidak benar dia sampai stres akibat pinjaman yang tidak kunjung dikembalikan itu. Juga tidak benar suaminyi sampai meninggal akibat memikirkan uang itu.
"Sang Suami –orang terhormat di Palembang dan sangat ganteng– memang meninggal akhir tahun lalu. Tapi akibat sakit jantung. Bukan karena stres memikirkan uang tersebut," kata ia.
"Boleh dikata, ketika Sang Suami memberikan pinjaman tersebut, hatinya gembira. Juga dengan perasaan pasti akan dibayar.
Pasangan pribumi Minang-Palembang itu memang sangat dekat dengan Heryanti yang Tionghoa. Termasuk dengan salah satu kakak Heryanti yang bernama Agwan," tambah Dahlan.
Saking dekatnya sampai mereka punya usaha bersama. Kelak, janji Dahlan, ia akan menceritakan bentuk usaha mereka tersebut.
Berikut kutipan wawancara Dahlan Iskan dan wanita cantik tersebut.
Bagaimana mereka bisa berteman dekat?
"Heryanti itu orangnya sangat baik. Kami tidak merasa dia itu Tionghoa. Dia juga tidak merasa kami ini pribumi. Hubungan kami tidak tersekat soal ras. Heryanti itu sudah seperti pribumi," ujar Si Cantik kepada saya.
"Jadi uang Rp 2 triliun itu ada?" tanya saya.
"Ada. Mungkin paling lambat Senin lusa cair," jawabnya.
"Dari mana Anda tahu Senin bisa cair?"
"Saya baru saja telepon Heryanti. Dia bilang begitu," jawabnya.
"Jadi Anda bisa terus telepon ke Heryanti?"
''Bisa. Tidak ada masalah. Tadi malam pun saya telepon dia," jawabnya.
"Bagaimana Anda bisa begitu optimistis uang itu pasti cair?"
"Saya percaya dia. Dia bilang begitu," jawabnyi lagi.
"Tapi dulu pun dia kan juga sering bilang ''bulan depan'' atau ''minggu depan'' ..."
"Iya sih. Tapi kali ini bicaranya kan dengan kapolda. Mana bisa sembarangan," jawabnya.Bahwa utang itu belum terbayar, katanya, bukan karena dia tidak mau membayar. Uangnya ada. Tapi masih di bank di Singapura," sambung ia.
Uang itu milik ayah Haryanti, Akidi Tio yang meninggal tahun 2009 lalu, di umur 89 tahun. Istri Akidi Tio meninggal empat tahun sebelumnya.
Uang itu hasil usaha Aki dengan partner bisnis di Singapura dan Hongkong. Mereka juga punya aset dalam bentuk gedung-gedung.
Ada cerita khusus bagaimana Heryanti sampai tahu bahwa ayahnya punya uang di Singapura, bahkan juga di Hongkong.
Bagaimana dia bisa tahu, kelak juga akan saya ceritakan.
"Yang jelas anak-anak Akidi yang lain juga tahu soal uang di Singapura itu. Hanya saja mereka sudah ''putus harapan''. Uang itu tidak akan bisa dicairkan. Kalau toh bisa harus dengan usaha yang luar biasa dan biaya yang besar," sambung ia.
Dulu, suami si perempuan cantik rela meminjami Heryanti uang Rp 3 miliar juga untuk biaya pengurusan uang besar itu.
Di antara 7 bersaudara, tinggal Heryanti yang masih tidak mau menyerah.
Dia terus berusaha mendapatkannya. Mungkin Heryanti mendapat kabar dari Singapura bahwa uangnya sudah bisa diambil –sehingga berani menghadap kapolda Sumatera Selatan.
"Si Cantik sendiri pernah ikut Heryanti ke Singapura. Dan ke Hongkong. Ikut mendampingi pengurusan itu. Dia dukung penuh Heryanti. Tidak sedikit pun ragu pada kebaikan Heryanti," tulis Dahlan Iskan.
Sebagai wanita yang berpendidikan sangat-sangat tinggi –dan punya kemampuan bicara lima bahasa asing– Si Cantik yakin usaha Heryanti akan berhasil.
"Mungkin Senin depan. Atau Senin depannya lagi..." pungkas si cantik perempuan.
Sebelumnya, 26 Juli yang lalu publik dibuat gempar. Seorang pengusaha kelahiran Aceh, namun lama tinggal di Palembang, Sumatera Selatan menyumbangkan Rp 2 triliun bagi penanganan COVID 19 bagi Sumatera Selatan.
Banyak pihak yang akhirnya penasaran dengan sosok Akidi Tio sang dermawan ini. Diketahui Akidi Tio ialah pengusaha dengan tujuh orang anak, satu orang anaknya meninggal.
Putra yang meninggal ini, Ahok, diceritakan dekat dengan Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri. Sumbangan atau donasi ini diamanahkan kepada sang Kapolda Sumatera Selatan agar dipergunakan bagi penanganan COVID 19 dan banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan.