"Dan juga Sri Jayanaga mengharapkan agar manusia yang memanfaatkan kebun atau taman tersebut agar bisa menjadi yang diharapkan oleh sang Buddha, yaitu terkait dengan ajaran Tri Ratna (Buddha, Sangga, dan Dharma)," terang ia.
Sehingga, ia menekankan bagaimana Kerajaan Sriwijaya telah mewariskan nilai merawat Kerajaaan Sriwijaya di masanya.
Adapun beragam tanaman yang disebutkan prasasti tersebut antara lain niyur (kelapa), pinam (pinang), hanâu (enau), rumwiya (sagu), yam kâyu nimâkan wuahna (kayu yang dimakan buahnya) dan hâur wuluh pattum (bambu, buluh betung).
Peneliti senior Badan Arkeolog, Retno Purwanti menambahkan terdapat kearifan lokal yang sudah diwariskan sejak masa Sriwijaya yang menyesuaikan lingkungan kala itu. Jika saat ini beragam tanaman tersebut sangat sulit ditemui maka sudah menjadi penanda terjadinya degradasi.
Baca Juga:Ini Alasan Dokter Kecantikan Richard Lapor Kartika Putri ke Polda Sumsel
"Sangat arif sekali bagaimana Sriwijaya merawat lingkungan, keberadaan taman pun tidak diartikan hanya sebagai tanam, namun di taman juga ada peribadatan (ibadah), sekaligus menyebarkan nilai-nilai kebaikan Budha," ungkap Retno.