Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 21 Februari 2021 | 12:19 WIB
Ilustrasi - Petani memanen getah karet di Banyuasin, Sumatera Selatan, Selasa (8/1/2019). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz]

SuaraSumsel.id - Harga karet Sumatera Selatan yang merupakan komoditi unggulan sangat tergantung pada pasar internasional, khususnya di Bursa Singapore Comodity (SICOM).  Setidaknya, enam faktor yang mempengaruhi harga karet Sumsel.

Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan banyak faktor yang bisa mempengaruhi harga karet di Pasar Internasional.

Setidaknya enam faktor ini yang mempengaruhi nilai karet Sumatera Selatan, yakni nilai tukar rupiah terhadap dollar, penggunaan karet sintetis sebagai kompetitor karet alam, supplay dan demand di pasar karet internasional, serta perkembangan industri berbahan baku karet.

"Faktor kelimannya yakni faktor cuaca dan hama penyakin, sekaligus permainan spekulan di Pasar Berjangka International," ungkap ia.

Baca Juga: Sejarah Pempek Dikoreksi, Pempek Palembang Dikenal Sejak Masa Sriwijaya

Sehingga, setiap harinya harga komoditi tersebut bisa naik atau mengalami penurunan.

Menurut Rudi, sejak masa pendemi Covid-19 harga di Pasar Internasional mendapat harga keseimbangan baru yakni ketersediaan dan permintaan (supply sama dengan demand). 

"di mana permintaan industri hilir berbahan baku karet lagi menurun dan produksi karet dari negara-negara produsen pun saat ini menurun, akibat penyakit gugur daun tahun lalu belum pulih dan cuaca ekstrim di negara produsen karet," ungkapnya.

Untuk Sumatera Selatan harga FOB 18- 19 ribu per kg KKK 100% sudah cukup baik. Kondisi ini berlangsung sejak Minggu kedua bulan Oktober sampai minggu ketiga bulan Pebruari 2021.

Dit ingkat kelembagaan Petani UPPB harga saat ini berfluktuasi antara Rp 9.000 – 11.000 per Kg untuk karet Mingguan dengan KKK antara 50% – 60%

Baca Juga: Pelajar Palembang Jadi Pelaku Peretasan Situs Kejaksaan Agung

"Sedangkan di luar UPPB, petani tradisional ( + 75 % dari jumlah KK petani karet) hanya menikmati harga Rp 6.000 – 8.000 per kg ini disebabkan oleh KKK mereka < 50%," terang ia.

Menurut Rudi, hal tersebut karena umur simpan bokar mereka tidak sampai 1 minggu, biasanya hanya  2-3 hari sudah dijual. 

"Kenapa terlalu cepat menjual, kerena kebutuhan rumah tangga yang mendesak, dan yang lebih parah lagi masih adanya kebiasan petani merendam karet ke dalam kolam serta tidak menjaga kebersihan karet dari tatal dan tanah," ujarnya.

Sehingga, Dinas Perkebunan juga melakukan upaya dengan memberikan bahan pembeku anjuran dan mendorong UPPB untuk memanfaatkan Dana KUR (Kredit Usaha Rakyat).

Dengan dana KUR tersebut UPPB dapat memberikan pinjaman dana talangan kepada petani tradisional yang membutuhkan uang dimuka dan pada saat lelang mingguan, dua mingguan maupun lelang bulanan uang tersebut dapat dikembalikan.

Pengolahan karet alam jadi pelapis aspal jalan (dok.Kominfo Muba)



"Di UPPB juga mereka diajarkan untuk menggunakan bahan pembeku anjuran, termasuk edukasi kerugian apabila mereka merendam atau mencampur karetnya dengan bahan bukan karet," katanya

Saat ini, petani di Sumatera Selatan makin tertarik bergabung atau membentuk UPPB baru karena dinilai lebih menguntungkan sehingga total UPPB yang sudah terbentuk ada 279 UPPB yang tersebar di 14 Kabupaten/Kota.

"Untuk target di Tahun 2022, Dinas Perkebunan akan menaikkan jumlah UPPB, yakni dari 50 UPPB baru menjadi 75 UPPB meski dengan anggaran yang semakin kecil dibandingkan dengan ketersediaan anggaran di Tahun 2021," pungkasnya.

Load More