BI Optimistis Ekonomi Sumsel 2025 Tumbuh 5,6 Persen, Didorong Daya Beli dan Hilirisasi Industri

Bambang menjelaskan, hingga triwulan II 2025, ekonomi Sumsel tercatat tumbuh 5,42 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 5,12 persen.

Tasmalinda
Rabu, 22 Oktober 2025 | 14:38 WIB
BI Optimistis Ekonomi Sumsel 2025 Tumbuh 5,6 Persen, Didorong Daya Beli dan Hilirisasi Industri
Kepala BI Sumsel Bambang Pramono
Baca 10 detik
  • Pertumbuhan ekonomi Sumsel tahun 2025 diproyeksikan mencapai 4,8 hingga 5,6 persen.

  • Bank Indonesia mendorong percepatan infrastruktur dan digitalisasi pajak daerah.

  • Program Peremajaan Sawit Rakyat menjadi fokus untuk menjaga produktivitas perkebunan

SuaraSumsel.id - Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian Sumatera Selatan (Sumsel) pada tahun 2025 akan tumbuh lebih kuat dibandingkan proyeksi nasional. Pertumbuhan ekonomi Sumsel diprediksi berada di kisaran 4,8 hingga 5,6 persen (yoy), didorong oleh naiknya daya beli masyarakat, stimulus kebijakan fiskal, dan percepatan pembangunan infrastruktur strategis.

Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumatera Selatan, Bambang Pramono, mengatakan proyeksi ini menunjukkan tren pemulihan ekonomi daerah yang konsisten.

“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumsel akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Dorongan konsumsi rumah tangga, ekspansi investasi, dan peningkatan belanja pemerintah menjadi penopang utama,” ujarnya dalam Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan serta diskusi isu strategis terkini di Sumatera Selatan, “2nd Sriwijaya Economic Forum 2025” dengan tema “Strengthening Investment in South Sumatra to Enhance Economic Resilience Amid Global Headwinds, Selasa (21/10/2025).

Bambang menjelaskan, hingga triwulan II 2025, ekonomi Sumsel tercatat tumbuh 5,42 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan nasional sebesar 5,12 persen. Dengan capaian tersebut, Sumsel menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di Sumatera, hanya terpaut tipis dari Riau.

Baca Juga:Sumsel Menuju Investasi Hijau, APINDO Dorong Petani Kopi Jadi Pemain Utama

“Capaian ini tidak hanya menunjukkan daya tahan ekonomi kita, tetapi juga kekuatan sektor riil di daerah. Pertambangan, industri pengolahan, dan perdagangan masih menjadi motor utama,” kata Bambang.

Berdasarkan data BI, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian mencapai 24,25 persen, diikuti industri pengolahan (18,16 persen) dan perdagangan besar dan eceran (14,16 persen). Sementara dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga mendominasi dengan kontribusi 61,69 persen terhadap PDRB.

Pertumbuhan ekonomi juga diperkuat oleh peningkatan aktivitas perbankan. BI mencatat pertumbuhan kredit di Sumsel meningkat dari 7,17 persen menjadi 8,16 persen (yoy), terutama pada sektor modal kerja dan investasi.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,03 persen, ditopang oleh peningkatan tabungan dan deposito masyarakat.

“Kenaikan UMP 6,5 persen dan peningkatan indeks nilai tukar petani (NTP) mendorong daya beli masyarakat. Ini berimbas pada peningkatan konsumsi yang berkelanjutan,” jelas Bambang.

Dorong Investasi dan Hilirisasi

Baca Juga:Bukan Palembang! Ini Daerah yang Diam-diam Menarik Investasi Terbesar di Sumatera Selatan

Bank Indonesia menilai, investasi akan menjadi faktor penting penggerak pertumbuhan tahun depan. Untuk itu, BI bersama pemerintah daerah terus mendorong percepatan proyek strategis dan penguatan industri hilirisasi.

“Penetapan Kawasan Industri Tanjung Enim sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) diharapkan mempercepat hilirisasi batubara dan membuka peluang investasi baru,” ujar Bambang.

Selain itu, Bank Indonesia juga memberikan sejumlah rekomendasi strategis untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Sumsel pada 2025. Di antaranya adalah percepatan pembangunan infrastruktur konektivitas, terutama penyelesaian proyek Tol Trans Sumatera dan Pelabuhan Tanjung Carat yang akan memperlancar arus logistik dan investasi.

BI juga menekankan pentingnya Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) guna menjaga produktivitas perkebunan dan memperkuat ekspor berbasis komoditas unggulan daerah. Tak kalah penting, digitalisasi pajak dan retribusi daerah (PDRD) terus didorong untuk meningkatkan efisiensi sekaligus memperluas basis pendapatan asli daerah (PAD).

Meski outlook ekonomi Sumsel tampak positif, Bambang mengingatkan sejumlah risiko eksternal yang perlu diwaspadai, seperti perang dagang global dan penyesuaian belanja pemerintah pasca Pemilu dan Pilkada 2024.

“Kita perlu menjaga stabilitas harga dan memastikan inflasi tetap terkendali. Kebijakan moneter dan fiskal yang pro-growth dan pro-stability menjadi kunci untuk menjaga momentum,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak