-
Kabupaten Ogan Komering Ilir mencatat realisasi investasi tertinggi di Sumatera Selatan sebesar Rp72,96 triliun.
-
Pemerintah menyiapkan tiga proyek unggulan di Sumatera Selatan, termasuk industri tebu terintegrasi dan batu bara ramah lingkungan.
-
Sumatera Selatan memiliki potensi besar di sektor energi, perkebunan, dan ketahanan pangan nasional.
SuaraSumsel.id - Sumatera Selatan kian menegaskan diri sebagai motor pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera. Sepanjang 2020 hingga semester I 2025, realisasi investasi di provinsi ini terus menanjak, menembus ratusan triliun rupiah.
Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Muara Enim kini muncul sebagai dua daerah paling menggoda bagi investor, berkat proyek-proyek strategis nasional dan potensi energi yang melimpah.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi di Sumatera Selatan dalam lima tahun terakhir didominasi oleh Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan capaian Rp72,96 triliun, disusul Muara Enim Rp56,43 triliun, dan Kota Palembang Rp31,4 triliun.
Selain menjadi pusat aktivitas industri dan energi, Sumsel juga menjadi tulang punggung nasional dalam ketahanan pangan dan energi. Provinsi ini menyumbang 27 persen produksi beras nasional, dan 16 persen hasil perikanan nasional.
Baca Juga:Singapura Tanam Rp3,52 Triliun di Sumsel, Bukti Investor Global Kian Percaya pada Daerah Ini
Sementara di sektor energi, cadangan batu bara Sumsel mencapai 12,6 miliar ton, gas bumi 10.729,9 TSCF, dan minyak bumi 2.313,93 MMSTB. Potensi energi bersih (clean energy) juga luar biasa besar: mulai dari EBT air (6,8 GW), panas bumi (9,48 GW), bioenergi (29,5 GW) hingga EBT arus laut (10 GW).
Tiga Proyek Strategis Jadi Magnet Investor
Menurut Agus Prayitno, Penata Kelola Penanaman Modal Ahli Madya Kementerian Investasi/BKPM, pemerintah tengah menyiapkan tiga proyek unggulan dalam Peta Peluang Investasi (PPI) dan IPRO Sumatera Selatan:
Perkebunan Tebu Terintegrasi Industri Pengolahannya senilai Rp1,1 triliun, dengan tingkat pengembalian investasi (IRR) 15,13 persen.
Industri Mono-Ethylene Glycol (MEG) berbasis Batu Bara, bernilai Rp19,5 triliun dengan IRR 10,2 persen.
Industri Kelapa dan Produk Turunannya senilai Rp20,4 miliar, yang kini telah berhasil dijual (sold) melalui inisiasi pemerintah daerah.
Baca Juga:Masih Andalkan Skill Ini? Hati-hati, Bisa Jadi Pengangguran di Palembang Tahun 2025
“Sumatera Selatan bukan hanya lumbung energi, tapi juga punya potensi agroindustri besar, dari sawit hingga tebu. Ini membuka peluang luar biasa bagi investor yang ingin terlibat dalam rantai nilai industri hijau dan hilirisasi,” ujar Agus dalam forum perkembangan ekonomi Sumatera Selatan, 2 nd Sriwijaya Economic Forum, di hotel Excelton, Selasa (21/10/2025).
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, Sumsel ditetapkan sebagai lokasi prioritas pembangunan industri melalui dua koridor utama, yakni koridor Industri Palembang–Banyuasin dan koridor Industri Tanjung Enim.
Dua wilayah ini diharapkan menjadi pusat industri pengolahan energi dan perkebunan, yang mengintegrasikan potensi sumber daya alam dengan pembangunan berkelanjutan.