-
Harga emas di Palembang mencetak rekor baru dengan menembus Rp12,5 juta per suku dan Rp2,4 juta per gram.
-
Mayoritas warga kini lebih banyak menjual emas dibanding membeli karena ingin merealisasikan keuntungan.
-
Kenaikan harga emas membuat banyak calon pembeli menunda niat investasi dan pernikahan karena harga dianggap terlalu tinggi.
SuaraSumsel.id - Kilau emas yang terpajang di etalase toko-toko perhiasan di pusat Kota Palembang kini terasa semakin menyilaukan, namun ironisnya juga semakin sulit digapai. Sebuah rekor baru yang mengejutkan telah tercipta, membawa harga logam mulia ke level tertinggi sepanjang sejarah, dan seketika mengubah psikologi pasar secara drastis.
Bayangkan saja, untuk pertama kalinya, harga emas perhiasan di Palembang kini telah menembus angka fantastis mencapai Rp12,5 juta per suku (satu suku setara 6,7 gram). Tak ketinggalan, harga emas batangan atau logam mulia murni 24 karat juga melesat tajam hingga menyentuh Rp2.400.000 per gram.
Kenaikan yang disebut para pedagang "tidak masuk akal" ini sontak menciptakan dua kubu di tengah masyarakat yakni mereka yang tersenyum lebar karena panen keuntungan, dan mereka yang harus menelan pil pahit karena impian untuk membeli atau menambah koleksi emas kini terasa seperti angan-angan.
Fenomena "Niat Beli Jadi Jual" Melanda Pasar
Baca Juga:'Sakit' Lagi! Kejati Ancam Jemput Paksa Tersangka Korupsi 'Sultan Palembang' Haji Halim
Kondisi ini seketika mengubah peta permintaan pasar perhiasan. Jika sebelumnya toko emas diramaikan oleh calon pembeli yang mencari model terbaru untuk investasi atau perhiasan, kini pemandangannya berbalik 180 derajat. Etalase penjualan justru lebih sering didatangi oleh warga yang ingin menjual kembali emas yang mereka miliki.
"Sejak seminggu terakhir ini polanya berubah total. Kalau dihitung, 8 dari 10 orang yang datang ke sini itu tujuannya untuk menjual, bukan membeli," ungkap Santoso, salah seorang pemilik toko emas di kawasan Pasar 16 Ilir saat ditemui.
Menurutnya, ini adalah fenomena yang sangat wajar. Masyarakat yang membeli emas saat harganya masih di kisaran Rp8 juta hingga Rp10 juta per suku, kini melihat momentum ini sebagai kesempatan emas untuk merealisasikan keuntungan (*profit taking*).
Hal ini dirasakan langsung oleh Ibu Rina, seorang ibu rumah tangga yang sengaja datang untuk menjual kalung emas warisan orang tuanya. "Dulu beli ini belum sampai Rp9 juta per suku. Sekarang lihat harganya sudah Rp12,5 juta, ya mending dijual dulu. Lumayan untungnya bisa untuk tambah-tambah biaya renovasi rumah," ujarnya dengan wajah semringah.
Impian Menabung Emas Semakin Berat
Baca Juga:Siap-siap Tinggalkan Mobil! Aturan Baru Paksa Ribuan PNS Palembang Rasakan Naik Angkot
Di sisi lain, bagi calon pembeli, terutama kalangan muda yang berencana membeli emas untuk mahar pernikahan atau investasi jangka panjang, kenaikan harga ini menjadi sebuah pukulan telak. Angka Rp12,5 juta per suku dianggap sudah di luar jangkauan kemampuan finansial banyak orang.
"Niatnya mau cicil beli emas buat nikahan tahun depan, tapi lihat harganya sekarang jadi pusing sendiri. Naiknya cepat sekali, gaji rasanya tidak bisa mengejar," keluh Bima, seorang karyawan swasta yang terpaksa menunda niatnya.
Kenaikan harga emas yang gila-gilaan ini dipicu oleh berbagai faktor eksternal, mulai dari ketidakpastian ekonomi global, konflik geopolitik yang memanas, hingga pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Kondisi ini mendorong investor global untuk beralih ke aset *safe haven* atau "aset aman", dan emas adalah rajanya.
Para pengamat memprediksi, selama ketidakpastian global masih berlanjut, tren kenaikan harga emas kemungkinan akan terus bertahan, memaksa masyarakat untuk lebih cerdas dalam mengatur strategi keuangan mereka di tengah kilau emas yang semakin mahal.