Jurnalis Muda Antusias Pelajari Transisi Energi di Sumsel: Dari Batu Bara ke Energi Hijau

Pelatihan ini menjadi langkah awal dalam melibatkan pemuda untuk berperan aktif membawa kisah transisi energi berkeadilan di Sumatera Selatan.

Tasmalinda
Sabtu, 04 Oktober 2025 | 22:30 WIB
Jurnalis Muda Antusias Pelajari Transisi Energi di Sumsel: Dari Batu Bara ke Energi Hijau
jurnalis muda di Sumatera Selatan belajar jurnalisme lingkungan, isu transisi energi
Baca 10 detik
  • Jurnalis muda di Sumatera Selatan belajar memahami makna transisi energi yang berkeadilan.

  • Pelatihan jurnalistik lingkungan membekali peserta dengan keterampilan menulis isu energi dan iklim.

  • Generasi muda diharapkan menjadi agen perubahan dalam mewujudkan masa depan hijau yang berkelanjutan.

SuaraSumsel.id - Di tengah upaya Indonesia mempercepat transisi menuju energi bersih, sekelompok jurnalis muda di Sumatera Selatan berupaya memahami lebih dalam makna perubahan itu. Bagi mereka, transisi energi bukan sekadar peralihan dari batu bara ke energi hijau, tetapi juga soal kesejahteraan, keadilan, dan masa depan masyarakat yang tak boleh tertinggal.

“Transisi energi bukan hanya di teknologi, tapi juga soal kesejahteraan masyarakat,” ujar Hari Wibawa, Kepala Bidang Perekonomian dan Pendanaan, membuka diskusi dengan nada optimistis.

Ia menegaskan, perubahan menuju energi bersih harus melibatkan semua pihak. “Tidak ada pihak yang tertinggal, dan pemuda bisa mengambil peran dalam menyuarakan isu ini,” ujarnya.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam Pelatihan Jurnalistik Lingkungan bertema “Green with Youth: Menerangi Sumatera Selatan dengan Isu Transisi Energi Berkeadilan” yang digelar di Hotel Santika, Jalan Radial, Palembang, Sabtu (4/10).

Baca Juga:Tangan Kanan Putus, Tangan Kiri Terancam, BPJS Fajar Ditolak Karena Alasan Kecelakaan Kerja

Kegiatan ini diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai lembaga pers mahasiswa dan komunitas lingkungan.

Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau, Dicky Edwin Hindarto, menekankan bahwa keberhasilan transisi energi sangat bergantung pada pemahaman publik. “Perubahan iklim adalah basis dari transisi energi,” katanya.

“Dan dalam menyuarakan isu iklim, cara kita berkomunikasi di media memegang peran penting.” sambungnya.

Menurut Dicky, publik perlu memiliki akses informasi yang baik agar tidak hanya menjadi penonton dalam perubahan besar ini. Melalui jurnalisme lingkungan, isu-isu seperti energi terbarukan, dampak sosial, dan keberlanjutan dapat disampaikan dengan lebih dekat kepada masyarakat.

Itulah sebabnya, pelatihan ini tidak hanya menghadirkan materi seputar transisi energi, tetapi juga membekali peserta dengan keterampilan jurnalistik. Di Palembang, lebih dari 20 persen penduduk berada di rentang usia 16–30 tahun—sebuah potensi besar untuk melahirkan generasi muda yang kritis, peduli lingkungan, dan siap menjadi agen perubahan.

Baca Juga:Viral Pengunjung Kaget Ditagih Rp600 Ribu saat Belanja di Warung Gunung Dempo

Moderator sesi pertama, Yulian Junaidi, menilai bahwa tantangan dalam transisi energi memang besar, tetapi peluangnya jauh lebih luas. “Salah satunya adalah ekonomi berkelanjutan,” ujarnya.

“Masyarakat perlu memahami isu ini agar dapat melihat peluang untuk tumbuh dan berkembang dalam konteks transisi energi yang berkeadilan.”

Selain berdiskusi, para peserta juga mendapat pelatihan menulis dari Nila Ertina. Ia mengingatkan pentingnya riset dan pemahaman mendalam sebelum menulis berita lingkungan. “Perlu banyak membaca dari berbagai sumber agar isu yang kita angkat memiliki perspektif yang kaya dan tajam,” pesannya.

Pelatihan ini menjadi langkah awal dalam melibatkan pemuda untuk berperan aktif membawa kisah transisi energi berkeadilan di Sumatera Selatan.

Dengan kemampuan jurnalistik yang semakin kuat, generasi muda diharapkan mampu menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat, serta menyuarakan masa depan hijau yang berkelanjutan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak