SuaraSumsel.id - Setiap tahun, umat Islam menyambut bulan Muharram dengan penuh khusyuk, terutama di tanggal 9 dan 10 yang dikenal sebagai puasa Tasua dan Asyura.
Di tahun 2025, puasa Tasua diperkirakan jatuh pada Minggu, 6 Juli 2025, disusul puasa Asyura pada Senin, 7 Juli 2025, tergantung pada penetapan kalender hijriah oleh pemerintah.
Apa Itu Puasa Tasua dan Asyura?
Puasa Tasua dan Asyura bukan sekadar amalan sunah biasa, keduanya sarat makna sejarah dan spiritualitas yang dalam.
Baca Juga:Harga Naik Lagi, Emas hingga Cabai Jadi Biang Inflasi Sumsel Juni 2025
Puasa Tasua dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, sehari sebelum Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram.
Kedua hari ini sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW (sunah muakkadah) sebagai bentuk ibadah yang tidak hanya membawa pahala besar, tetapi juga menghubungkan umat Islam dengan jejak panjang perjalanan para nabi terdahulu.
Asyura sendiri berasal dari kata Arab yang berarti "sepuluh", dan diperingati karena menjadi saksi atas peristiwa monumental yakni Nabi Nuh diselamatkan dari banjir besar,
Nabi Musa lolos dari kejaran Firaun di Laut Merah, dan hari di mana taubat Nabi Adam diterima oleh Allah SWT.
Melalui puasa ini, umat Islam diajak merenungi kebesaran Allah, kekuatan iman, serta pentingnya kesabaran dan pengampunan dalam kehidupan.
Baca Juga:Alex Noerdin Jadi Tersangka Lagi, Proyek Pasar Cinde Dibongkar Kejati Sumsel
Nabi Muhammad SAW sendiri menganjurkan umat Islam berpuasa di hari Asyura, bahkan menyebutnya sebagai amalan yang dapat menghapus dosa-dosa kecil selama satu tahun sebelumnya (HR. Muslim).
Namun, agar tidak menyerupai kebiasaan puasa kaum Yahudi (yang juga berpuasa di 10 Muharram untuk memperingati kemenangan Nabi Musa), Rasulullah SAW menganjurkan puasa satu hari sebelumnya (Tasua), sehingga dianjurkan berpuasa tanggal 9 dan 10 Muharram secara berurutan.
Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura
Menghapus Dosa Satu Tahun
Rasulullah bersabda, “Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
Mengikuti Sunnah Rasulullah
Dalam berbagai hadis shahih, disebutkan bahwa Rasulullah SAW senantiasa menjalankan puasa Asyura dan menganjurkan para sahabat untuk ikut serta dalam amalan mulia ini.
Puasa Asyura tidak hanya menjadi bagian dari sunnah Nabi, tetapi juga simbol dari keteladanan dan kesungguhan dalam meraih ampunan Allah SWT.
Bertepatan dengan bulan Muharram yang merupakan awal tahun dalam kalender hijriah, momen Asyura pun menjadi waktu yang tepat untuk taubat dan introspeksi diri.
Ini adalah saat terbaik untuk menata niat, memperbaiki amal, dan mengawali tahun baru hijriah dengan semangat perubahan menuju kebaikan, melalui ibadah yang penuh keberkahan
Dalam tradisi Sunni, puasa Asyura lebih fokus pada meneladani sunnah Nabi dan peristiwa sejarah para nabi.
Sedangkan dalam tradisi Syiah, Asyura diperingati sebagai hari berkabung atas syahidnya cucu Nabi Muhammad, Imam Husain bin Ali, dalam tragedi Karbala.
Meski pendekatannya berbeda, hari ini tetap memiliki nilai religius dan emosional yang mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia.