Provinsi yang mengenalkan sebagai daerah lumbung energi ini mematok target bauran energi baru terbarukan pada angka 21 persen dengan target yang cenderung meningkat sejak lima tahun terakhir.
Sumsel baru menetapkan bauran baru 10,2 persen pada tahun 2019. Target bauran menuju peralihan energi tergolong cukup ambisius yang ingin dikejar oleh provinsi kerajaan maritim ini.
Kepala Bidang Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel Ariansyah mengungkapkan Sumsel memiliki sumber energi hijau seperti dari air, surya, dan bioenergi, geothermal sebagai potensi energi non fosil.
Data dinas ESDM Sumsel mengungkapkan dua pembangkit tenaga panas bumi telah menghasilkan pasokan energi listrik, yakni PLTP Rantau Dedap sebanyak dua unit dengan kapasitas 91,2 megawatt (MW) dan Lumut Balai sebanyak 1 unit yakni 1,55 MW.
Baca Juga:Menyulam Kembali Kain Alam Keanekaragaman Hayati
Pencapaian ini belum maksimal karena Sumsel menyimpan potensi 918 MW dari geothermal nan baru termanfaatkan 146,2 MW. “Dengan demikian, potensi energi ini akan bisa lagi dimaksimalkan,” ujar Ariansyah menerangkan.
Sumsel setidaknya baru mengoptimalkan di angka 4,5 persen atau sekitar 947,77 MW dari potensi energi terbarukan mencapai 21.032 MW.
Pulau Sumatera sebenarnya paling berpeluang menciptakan penyediaan tenaga listrik dari energi senyawa panas geothermal.
Berdasarkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dalam jangka waktu 2021-2030 diketahui jika Indonesia berpotensi panas bumi mencapai 23.965 megawatt (MW) dengan potensi terbesarnya berada di Pulau Sumatera, yakni 9.679 MW.
Meski punya potensi besar, kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi atau PLTP terpasang di Sumatera ternyata baru 562 MW atau sebesar 5,8 persen dari total potensi tersebut.
Baca Juga:Perjalanan Panjang Kilang Pertamina Plaju Menuju Perusahaan Energi Bersih
Data ini ingin menyatakan setidaknya terdapat 94 persen potensi yang belum tergarap dalam kurun waktu lima tahun terakhir.