Kampung Jamur TransUss: Sulap Sekam Padi Jadi Usaha Jamur Tiram yang Menjanjikan

Budidaya jamur tiram yang merupakan inisiatif Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Selatan (USS) mengoptimalkan limbah sekam padi.

Tasmalinda
Kamis, 10 Oktober 2024 | 09:50 WIB
Kampung Jamur TransUss: Sulap Sekam Padi Jadi Usaha Jamur Tiram yang Menjanjikan
Produk jamur tiram yang berasal dari limbah sekam padi [dok]

SuaraSumsel.id - Kampung Jamur TransUss: merupakan upaya memberdayakan ekonomi masyarakat secara terintegrasi dengan membudidayakan jamur tiram yang diinisiatif Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Selatan (USS). Dengan mengoptimalkan limbah sekam padi, kini produk jamur tiram makin dikenal luas secara digital.

Ketua program penelitian, Nirmala Jayanti SP, MSI menjelaskan program yang dijalankan merupakan program matching fund pada tahun 2022 yang berupa menambah nilai lebih dari sekam pagi yang dihasilkan usaha baglog.

"Kenapa baglog sekam padi menjadi gagasan kami? karena selama ini Koperasi BMT Trans Mekar Sari Mandiri menganggap Rice Milling Unit (RMU), sekam padi sebagai limbah alias dibuang saja, tanpa ada nilai lebih," ujarnya dalam keterangan persnya kepada Suara.com, Rabu (9/10/2024).

Limbah yang lama kelamaan menumpuk sehingga saat musim kemarau dan suhu tinggi malah menjadi sumber api kebakaran yang sempat akan membakar lokasi tersebut. "Beranjak dari pengalaman tersebut, kami mengumpulkan 100 orang wirausaha perempuan transmigrasi agar mau tergabung dan aktif dalam Koperasi Hawetrans (Himpunan wanita usaha transmigrasi) guna mengoptimalkan nilai limbah tersebut," ucapnya.

Baca Juga:9.697 Hektare Lahan Hangus Terbakar di Sumsel, Catatan Terburuk Karhutla

Lokasi penelitian Desa Mulia Sari Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah transmigrasi yang banyak terdapat wirausaha perempuan. Setidaknya mencapai 127 wirausaha perempuan transmigrasi yang belum mampu mengoptimalkan potensi desa yang dimilikinya.

"Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan dan skill yang dimiliki serta kesempatan pembelajaran softskill bagi mereka. saat ini ada berkisar 25 orang wirausaha. Karena itu, para perempuan transmigrasi mencoba untuk memanfaatkan pekarangan rumah masing-masing dengan mengelolausaha budidaya jamur tiram dengan memanfaatkan limbah tersebut," ujar Nirmala menjelaskan.

Program yang merupakan bagian dari Pengabdian kepada Masyarakat tentang pemberdayaan dan pendampingan pengelolaan jamur tiram juga melakukan upaya produktif seperti halnya memanfaat kandang bekas ternak sapi, kandang ayam atau kandang kambing untuk dijadikan kumbung jamur.

“Ketika kami melakukan PkM dalam bentuk pemberdayaan dan pendampingan wirausaha perempuan transmigrasi semuanya hanya melakukan Teknik budidayanya sebab tidak membuat media tanam berupa baglog tetapi mereka membeli baglog dari koperasi BMT Trans Mekar Sari Mandiri dengan harga Rp 3.000/ baglog," ujar Nirmala seraya menjelaskan jika bahan baku untuk membuat baglog mudah untuk diperoleh maka akan lebih efektif dan efesien.

"Pengalaman sebelumnya wirausaha perempuan ini sulit untuk membuat baglog dikarenakan membutuhkan alat – alat mahal seperti stimer, press baglog, alat pengaduk bahan agar tercantum rata. Namun untuk pembuat baglog hampir terputus dikarenakan musim kemarau panjang yang menyebabkan air lebih asam," ungkapnya.

Baca Juga:Bakal Calon Ketua Umum BPD HIPMI Sumsel Wajib Setor Mahar Rp250 Juta

Dalam produksi olahan jamur tiram menjadi abon tahapan dalam pembuatannya meliputi seleksi bahan, pembersihan bahan, penimbangan, pengepresan agar air jamur terpisah dan penghalusan bumbu (bawang merah, bawang putih, laos muda, serai, daun salam, gula pasir, garam, penyedap rasa, santan dan air.

"Setelah itu dilakukan penumisan bumbu, pemasukkan jamur yang sudah digoreng, kembali digoreng, penguraian abon lalu ditiriskan. Untuk jamur 10 kilogram akan menghasilkan abon sebanyak 35 bungkus sehingga nanti muncul wirausaha abon jamur tiram kembali di Desa Mulia Sari,” ujar Ketua Koperasi BMT Trans Mekar Sari Mandiri, Siti Rohaya, S.Si.

Ketua tim pengabdian kepada masyarakat, Yuwinti Nearti, S.P., M.Si menambahkan hasil dari produksi ini pun dikemas dengan produk yang ramah lingkungan.

"Produk abon dengan ecopack dan perizinan produk abon jamur tiram di Desa Mulia Sari ini merupakan peluang dan tantangan dalam mengelola kewirasauahaan hilirisasi produk turunan jamur tiram bagi masyarakat pedesaan," ucapnya.

Dia menceritakan jika dalam satu minggu hanya 1 kali membuat produk dan sangat tergantung pada pemesaran.

"Usaha ini lah yang akan kita bangkitkan di Desa Mulia Sari tersebut. Sehingga, wirausaha perempuan transmigrasi bisa membuat abon. Harga per pack Rp 20.000 dengan netto 100 gram dan semoga dapat mudah dipasarkan secara luas,” imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini