Asmina pun mengaku sudah dua kali ke klinik hanya untuk berobat karena pilek, batuk dan meriang. Dengan kebutuhan sekolah anak yang terus meningkat, asap pun menambah pengeluaran keluarganya.

Asap Ancam Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsri, Dwi Septiati menjelaskan kualitas udara yang baik sangat diperlukan bagi manusia saat bernapas.
Lalu udara yang bagaimana dikatakan sehat agar bisa bernapas dengan baik?
Baca Juga:Breaking News, Agus Fatoni Dilantik Sebagai PJ Gubernur Sumsel
Dijelaskan Dwi, udara yang diciptakan di bumi agar manusia bisa bernapas dengan baik, yakni yang berkomposisi 78 persen merupakan hidrogen, 20 persen merupakan oksigen dan sisanya adalah campuran gas lainnya, bisa jadi CO2.
Saat Palembang diselimuti asap, maka kandungan CO2 sudah melebihi batas yang sehat tersebut, sehingga dikategorikan sebagai udara yang berpolutan atau berbahaya bagi pernapasan manusia.
“Dengan komposisi CO2 lebih banyak yang kemudian juga bercampur debu, partikel abu, dan lainnya, padahal batas maksimal partikel campurannya itu hanya 150 mikrogram meter per kubik,” ujarnya menjelaskan.
Berdasarkan PP nomor 41 tahun 1998 yang kemudian diubah pada Permenkes 2 tahun 2023, jika melampaui maka kualitas udara tersebut sudah tergolong buruk.
“Jika kandungan polutan ini terhirup atau masuk ke saluran hidung, maka akan mengganggu fungsi pernapasan seperti faring, laring, atau batang tenggorokan. Gejalanya sepert pilek, bersin, sampai batuk-batuk,” ujar Dwi.
Baca Juga:Berikut Lahan-Lahan Konsesi Perusahaan di Sumsel Sumbang Hotpsot, Belum Ditindak?
Untuk partikel polutan dengan ukuran lebih kecil seperti halnya 2,5-1 mikron masuk saluran pernapasan bagian bawah. Jika partikelnya lebih kecil kurang dari 1 mikron terus menerus masuk akan membentuk polutan yang masuk ke organ paru-paru.
Di organ paru-paru yang merupakan organ tempat bertukarnya oksigen dan CO2 yang kemudian juga akan mengalir dalam darah. Polutan ini menyebabkan senyawa met hemoglobin di darah.
“Penyakitnya mulai akan muncul, tergantung partikel ini akan berhenti di terminal / organ mana di dalam tubuh. Jika di otak, itu penyebab kenapa orang sering merasakan sakit kepala, karena terjadi radang pada organ otaknya. Jadi titik sakitnya, di mana polutan tertinggal setelah dibawa oleh darah,” kata Dwi menerangkan.
Bahayanya jika polutan asap tersebut dihirup oleh ibu hamil secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Dengan aliran darah yang masuk plasenta janin, juga akan membawa polutan yang mengalir bersama darah. Polutan ini akan tertinggal di janin. Kondisi ini akan membuat janin tumbuh kurang ideal.
Kondisi tidak ideal janin ini berpotensi akan terbawa sejak ia lahir sampai mengalami pertumbuhan.
“Itu kenapa dalam penelitian S3 saya, juga menguji kerusakan organ pada janin akibat kandungan polutan berbahaya. Jika ini terakumulasi, tumbuh kembang bayi tidak maksimal, yang nantinya akan berpengaruh pada kecerdasan sekaligus indeks pembangunan manusia di suatu daerah,” ujarnya.