Untuk alat produksi, BRI menyalurkan bantuan berupa kompor, tempat panggang, serta layanan digital pembayaran. “Dengan menjadi klaster usaha BRIncubator, Inkubator Bisnis UMKM, yakni BRI Unit Simpang Pebem,” ujarnya.
Dalam proses penjualan, BRI pun menciptakan pasar melalui marketplace Pasar.id atau sejumlah loka-loka. Para pengrajin kemplang panggang pun makin sering diajak pameran. Dengan produksi yang terus meningkat sesuai dengan permintaan dan pasar nan makin luas, pengrajin pun dikenalkan dengan sistem digital.
“Pengrajin yang terkumpul dalam klaster ini, aktif sebanyak 15 pengrajin, padahal jumlah yang dirangkul lebih banyak. Namun yang rutin memproduksi sekaligus merangkul pekerja yang merupakan warga sekitar terdapat 15 pengrajin berstatus produsen,” ujarnya.
Para pengrajin pun dilengkapi dengan sistem pembayaran digital seperti QRIS. Seperti Ketua Kelompok yang juga memperdagangkan kerupuk kemplang di pasar tradisional pun dilengkapi dengan pembayaran digital QRIS.
Baca Juga:Antisipasi Anomali Cuaca Bikin Gagal Panen, Petani Kopi di Sumsel Diingatkan Hal Ini
“BRI membantu dari hulu yakni pembuatan produk, manajemen usaha seperti kelas inkubasi, sampai pemasaran sekaligus pembayaran digital, dengan harapan para pengrajin menjadi UMKM yang naik kelas, lebih siap dan matang,” imbuh dia.
Dikatakan Nurma, klaster kemplang panggang ini berkeinginan memodernkan proses produksi. Para pengrajin masih menggunakan alat produksi yang sederhana misalnya mengeringkan kemplang yang mengandalkan panas matahari. “Membakar juga masih menggunakan bara api. Meski demikian, pengrajin makin ramah digital,” ungkap Nurma.