SuaraSumsel.id - Kota Prabumulih di Sumatera Selatan (Sumsel) telah lama dikenal sebagai kota Nanas. Kota yang memproduksi nanas dengan rasa dan aroma khusus. Kekinian, nanas makin diolah menjadi produk turunan dan tol Prabumulih akan membawanya merajai pasar domestik dan nasional.
Di Prabumulih terdapat 495 hektar (ha) kebun nanas yang berada di 6 kecamatan. Meski masih berupa tanaman hortikultura yang diselingi dengan tanaman karet, namun petani makin fokus bertanam nanas sebagai komoditas mandiri.
Nanas Prabumulih kekinian pun telah berubah menjadi komoditas turunan, selain selai. Di Prabumulih, nanas dikenalkan bagi dunia fashion dengan pembuatan benang serat nanas. Produk nanas lainnya di bidang fashion ialah dipergunakan sebagai pewarna alami kain jumputan.
“Nanas Prabumulih kekinian makin dikenal, kami (warga Prabumulih) pun menunggu Tol Prabumulih sebentar lagi beroperasi,” ujar Petani nanas, Siska Antoni di Prabumulih kepada Suara.com belum lama ini.
Baca Juga:370 Warga Sumsel Batal Naik Haji, Penyebabnya Karena Ini
Siska Antoni yang juga menjadi pengelola agrowisata nanas memastikan tol memberikan dampak besar bagi ekonominya. Tol Prabumulih yang menyambung kawasan segitiga emas ekonomi Sumsel semakin terbuka.
Tol Prabumulih yang menjadi bagian dari tol akses ke Bengkulu akan membuka peluang pasar baru bagi produk unggulan termasuk wisata. “Di agrowisata ini, pengunjung tidak hanya dikenalkan dengan budidaya nanas namun edukasi nanas termasuk sertifikasi uji mutunya. Mengenal produk turunan nanas dengan tol Prabumulih akan membuka aksesnya,” ujarnya.
Tol Prabumulih yang berada di bagian perbatasan dengan Muara Enim, kata Siska pun akan mampu membawa nanas sampai pasar-pasar regional dan nasional. Selama ini, diakui petani yang sudah menjadi generasi kedua bertanam nanas membawa nanas membutuhkan kepastian waktu.
Sebagai komoditas buah (hortikultura), membawa nanas ke luar Prabumulih membutuhkan kepastian lama perjalanan. Agro wisata yang juga memproduksi nanas sampai ke Jakarta akhirnya beralih ke layanan jalan tol.
“Ke Jakarta misalnya, kami sekarang pilih tol, karena pabrik-pabrik selai di Jawa, maunya nanas segar. Jika masih lewat jalan lintas, resiko bawa nanas lebih tinggi. Pun demikian jika tol ke Bengkulu sudah bisa dilintasi, tentu akan lebih pilih tol,” sambung ia.
Baca Juga:Asyik Main Ponsel Saat Hujan Deras, Gadis di Sumsel Tewas Tersambar Petir
Untuk ke Bengkulu, Siska mengaku akan menjadi pasar baru bagi olahan nanas Prabumulih. Keengganan membawa nanas ke Bengkulu lebih disebabkan karena bukan menjadi pasar potensial. Selain karena jarak, waktu tempuh sekaligus topografi lintasan kendaraan yang menghitung resiko keselamatan dan keamanan.
“Selama ini memang pasar nanas Prabumulih lebih dibawa ke Selatan, ke Barat (Bengkulu) emang riskan merugi, tapi ke Jakarta saja sudah pilih naik tol. Nanti ke Bengkulu, tol akan sangat bermanfaat,” sambungnya.
Nanas Prabumulih membutuhkan pasar-pasar baru. Setidaknya dengan luasan agrowisata menghasilkan nanas 20.000-25.000 buah setiap hektar panennya. Jumlah nanas ini sebagian besar diserap pasar domestik seperti dijual ke Palembang, Ogan Ilir, Muara Enim, sampai ke Pagar Alam dan sekitarnya.
“Dengan olahan nanas, tentu produksi itu akan berubah bukan lagi buah, tapi tetap butuh pasar baru. Bengkulu menjadi daya tarik untuk dijelajahi. Selama ini, kami pernah kirim ke Bengkulu, tapi tidak banyak. Waktu tempuh satu malam, satu hari, namun jika pakai tol cukup satu hari, tidak harus bermalam,” aku Siska.
Di agrowisata ini, nanas diolah menjadi keripik, selai, serat, sirup hingga bagian buah lainnya dibuat pewarna alami kain. “Pemda juga menggiatkan nanas untuk diolah sekaligus diekspor. Apalagi, di saat petani mulai memonokulturkan tanaman nanas, bukan lagi menjadi selingan tanaman karet, produksi akan berlimpah dan perlu pasar-pasar baru,” terang Siska.
Setali tiga uang, Kepala Dinas Pertanian Prabumulih, Alfian mengungkapkan harapan keberadaan tol yang menjadi impian petani nanas saat ini.
Dengan pasar nanas mencapai 50 persen terserap di pasar lokal, sementara sisanya ke Palembang sampai Jakarta. “Bengkulu menjadi daya tarik pasar baru bagi nanas Prabumulih. Olahan nanas Prabumulih itu punya keunggulan rasa dan daya simpan lebih awet jika sudah diolah,” terangnya.
Di kota Prabumulih, sentra-sentra pengolahan nanas makin bergeliat, mulai dari sirup, keripik, selai, sabun nanas, sampai kain jumputan. “Semoga jalan tol juga dikenalkan seperti halnya banyak yang mengenalkan bawang di sentranya di Lampung. Pengunjung bisa datang langsung ke kebun, ke agrowisata. Ini bisa buat geliat ekonomi makin terbuka bagi Prabumulih,” harap Alfian.
Keinginan yang sama disampaikan Wali Kota Prabumulih, Ridho Yahya. Saat kunjungan melihat kondisi pembangunan tol Indralaya-Prabumulih, yang dikerjakan oleh BUMN Hutama Karya, Gubernur Herman Deru pun mengungkapkan harapan tol menjadi geliat ekonomi baru masyarakat.
"Saya lihat progres pembangunan jalan tol sangat baik, beberapa jembatan penghubung jalan tol ini juga telah dibangun," kata Herman Deru disela peninjauan tersebut, Sabtu (14/1/2023).
Percepatan pembangunan jalan tol Indralaya-Prabumulih, Prabumulih-Muara Enim penting dilakukan pada saat ini. Hal tersebut mengingat kebutuhan kehadiran jalan tol di Sumsel sudah tinggi.
"Mengutamakan pekerjaan long segment. Karena dengan adanya jalan tol ini, diharapkan juga memenuhi target investasi. Ini tentu akan menjadi lirikan para investor terutama pada produk lokal. Harapannya jalan tol ini bisa rampung pada Maret 2023, tepat saat arus mudik Lebaran,” imbuh Deru.
Project Director Jalan Tol Indralaya-Prabumulih Sarjono mengatakan progres pembebasan lahan pembangunan jalan tol Indralaya-Prabumulih sudah rampung 96 persen. Pada Maret 2023 nantinya, jalan tol Indralaya-Prabumulih sudah bisa beroperasi melayani masyarakat, terutama pemudik.
"Saat Lebaran tahun ini sudah bisa dilalui. Meski pada tahap penyelesaian. Harapan pemerintah mengenalkan produk lokal juga menjadi perhatian perusahaan HK,” imbuhnya.
PT. Hutama Karya menjadi BUMN yang mengerjakan Tol Indralaya-Prabumulih sebagai bagian ruas tol Indralaya-Muara Enim yang terbentang sepanjang 119 kilometer. Tol ini memiliki satu gerbang tol, dengan dua simpang susun serta 20 jembatan yang menyertai.