SuaraSumsel.id - Momen Hari Tani Nasional tahun ini akan dirayakan dengan cara berbeda, di antaranya digelar Tugal Camp Fest 2022. Hal ini diharapkan menjadi Kebangkitan Gerakan Sosial alternatif di Sumatera Selatan (Sumsel).
Situasi pandemi yang mewabah sejak dua tahun ini sudah menjadi fase normal masyarakat yang menyisahkan kegundahan. Guna menjawab kegundahan di masa pandemi virus Covid-19.
Beragam komunitas kolektif kultural dan struktural di Sumsel menyepakati bertemu dengan konsep Zero Budget dengan prinsip kolaboratif dan partisipatif.
Tugal Camp Fest (TCF) atau Pesta Perkemahan di Musim Tugal selama tiga hari akan berlangsung pada 23, 24, dan 25 September 2022 berlangsung di Bumi Perkemahan Cadika Palembang.
Baca Juga:Giliran Emak-Emak di Sumsel Demo Tolak BBM Naik, Datangi Kantor Gubernur Herman Deru
Sepaket kegiatan dengan konsep berkemah sekaligus belajar bersama membangun kesadaran kritis, progresif, seperti Pendidikan Internal Komunitas pada Jumat (23/9) dari pukul 19.30 WIB. Pada hari Sabtu (24/9) dari pukul 08.30 WIB - 17.00 WIB TCF mengadakan Sesi Diskusi dengan menghadirkan tema Agraria, Perempuan, Politik, dan Lingkungan. Pada malamnya ada Pertunjukan Budaya akan disukseskan band-band indie Palembang dari pukul 20.00 WIB sampai dengan selesai.
Sehari setelahnya di hari Minggu (25/9/2022) ditutup dengan pembacaan buah pemikiran hasil pertemuan TCF selama tiga hari, dirangkum dalam bentuk refleksi dan resolusi.
Koordinator TCF, Asmaran Dani mengungkapkan pertemuan lintas kolektif sebagai merayakan Hari Tani Nasional pada 24 September 2022 sebagai momentum menstimulasi beragam kelompok kolektif di Sumsel bersatu guna mengaktualisasikan gerakan sosial progresif dan holistik tanpa fragmentasi kepentingan politik identitas.
“Momentum di Hari Tani Nasional sangat tepat. Mengingat makna petani di era kemajuan sains dan teknologi (hari ini) sangat filosofis. Sejatinya TCF meyakini kita semua adalah petani yang bekerja untuk kolektif dengan versi cangkul (alat kerja) masing-masing. Kita semua petani, tersublimasi sebagai pekerja di bidang masing-masing dengan impian perubahan progresif. Mencapai kesejahteraan bersama secara politik, ekonomi, sosial, dan budaya,” ucap Dani, pemuda yang menjabat kepala divisi pendidikan Spora Institute.
Hal senada juga dijelaskan oleh perwakilan komunitas Forum Progresif Literasi Palembang (FPLP) Ibnu Ilyas, TCF tetap berbasis menyuarakan permasalahan agraria di Indonesia khususnya di Sumsel mengingat Hari Tani Nasional merupakan momen untuk bersatu mewujudkan mimpi kedaulatan pangan dan reforma agraria sejati.
Baca Juga:Viral! Nama Pria di Sumsel Ini Alhamdulilah, Pernah Diperiksa Polisi Karena Tak Punya KTP
“Isu agraria tidak hanya milik petani. Agraria tidak hanya dipahami sebagai sistem pertanian, subjek petani, dan tanah, tetapi harus mengacu pada pemahaman agraria yang holistik. Tanah, udara, air, dan semua sumber daya alam merupakan pokok kehidupan, sudah saatnya rakyat harus mengakses semua itu. Isu agraria merupakan isu kerakyatan,” kata Ibnu yang juga UIN Raden Fatah Palembang.
“Pasca pandemi Covid-19, semua elemen Civil Society di Sumsel dapat bersatu kembali tanpa kepentingan politik homogenik berbasis kepentingan identitas yang melemahkan arus gerakan sosial. Di era kecanggihan teknologi hari ini, gerakan sosial pun harus membangun narasi yang kolaboratif dengan impian kesejahteraan, keadilan, dan kemakmuran bersama. TCF merupakan kebangkitan gerakan sosial di Sumsel yang progresif bernafas independensi,” tutup Dani.