![Pabrik jarak di OKU Timur [Suara.com/Tasmalinda]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/12/27/57603-pabrik-jarak-di-oku-timur-suaracomtasmalinda.jpg)
Biaya Produksi Lebih Tinggi
Sejalan mengenalkan tanaman jarak ini, upaya mengubah biji jarak menjadi minyak jarak dengan hasil akhir berupa biodiesel mulai dilaksanakan.
Kepala Bappeda OKU Timur, Maryus mengingat pabrik biodiesel maksimal memproduksi minyak dari tanaman jarak sekitar tahun ketiga, atau sekitar tahun 2008 hingga 2010.
Saat itu, Bappeda secara khusus membentuk UPTD Biodiesel. Tentu mengalokasikan anggaran sebagai bentuk subsidi agar program mewujudkan mimpi kemandirian energi di daerah perlahan terwujud.
Baca Juga:Palembang Diguyur Gerimis, Ini Prakiraan Cuaca Sumsel 27 Desember 2021
Pemerintah mengalokasikan anggaran, guna menutupi kebutuhan operasional yang tidak termasuk dalam program hibah Kementerian tersebut.
Dalam hitungan produksinya, pabrik dalam kapasitas terpasang menghasilkan 6 ton minyak biodiesel. Untuk menghasilkan 1 liter minyak jarak, dibutuhkan sekitar 3 kilogram biji jarak.
Biodiesel tanaman jarak ini merupakan pencampuran 30 persen minyak jarak. Dengan kata lain, dibutuhkan 30 liter minyak jarak dapat menghasilkan minyak biodiesel 100 liter (B30).
Dengan kebutuhan pabrik kapasitas terpasang, kebutuhan biji jarak tentu dibutuhkan dalam jumlah besar. Selain tantangan dalam menyediakan bahan baku, biaya produksi minyak jarak juga lebih tinggi dari solar.
Perhitungan operasionalnya, Pemerintah membeli biji jarak dari masyarakat seharga Rp1.500-Rp2.000 per kilogram. Untuk menghasilkan 1 liter minyak jarak membutuhkan sekitar tiga kilogram biji jarak.
Baca Juga:Sriwijaya Dempo Run di Sumsel Diharap Jadi Agenda Wisata Nasional
Dengan demikian membutuhkan anggaran membeli biji jarak sekitar Rp6.000 per kilogram.