Tidak Tahu Tuhan, Agnotis Versi Coki Pardede: Mau Atheis tapi Takut Dosa

YouTuber sekaligus konten kreator Coki Pardede mengulas agnotis pilihannya.

Tasmalinda
Selasa, 07 September 2021 | 17:18 WIB
Tidak Tahu Tuhan, Agnotis Versi Coki Pardede: Mau Atheis tapi Takut Dosa
Coki Pardede. [Instagram]

SuaraSumsel.id - Coki Pardede mengdeklrasikan diri sebagai seorang agnotis. Pilihan ini dijelaskannya saat ditanya apakah mempercayai atau tidak sosok Tuhan.

Ia pun mengulas pilihan ini saat diwawancara Daniel Mananta di akun YouTubenya yang dirilis Senin (6/9/2021). Menurut Coki, agnotis bukan memperdebatkan ada atau tidak Tuhan melainkan menganggap ketidaktahuan akan Tuhan tersebut.

Diterangkan komika ini, ia memilih untuk mengatakan ketidaktahuannya akan sosok Tuhan ketika ditanya akan hal tersebut.

"The real definition, Agnotis itu bukan percaya ada atau tidak ada Tuhan. Sehingga bagi pengikut agnotis sendiri, saat ditanya apakah Tuhan ada atau tidak, ya tidak tahu," ujar Coki.

Baca Juga:Sumsel Pastikan Stadion Bumi Sriwijaya Siap Pakai untuk Piala Dunia U-20 2023 Indonesia

Namun ia menegaskan agnotis juga bukan soal kebingungan mencari Tuhan melainkan soal pembuktian.

"Menurut mereka, pembuktiannya belum cukup. Menurut mereka lah," sambung ia.

Coki Pardede [YouTube]
Coki Pardede [YouTube]

Mendengar jawaban ini, Daniel pun bertanya pada Coki, apakah kata mereka yang memilih agnotis termasuk Coki.

"Itu menurut mereka. Jika mereka termasuk di situ (Agnotis), maka gue juga masuk di situ. Menurut agnotis, menurut gue dan mereka, orang yang mengaku agnotis lah," sambung Coki.

Lalu mendapat jawaban ini, diakui Coki, akan muncul pertanyaan pakai apa pembuktian tentang Tuhan. "Pakai pembuktian apa?,"tanya Coki.

Baca Juga:Bendungan Tiga Dihaji Jaga Eksistensi Lumbung Pangan Sumsel

Pembuktian yang dimaksud kalangan agnotis, ialah pembuktian ilmiah.

"JIka Lu sudah mengklaim A, maka harus ada ni, ini-nya, ini-nya (penjabaran ilmiah)," tambah Coki.

Namun ia menyatakan tidak menutup kemungkinan akan muncul pembuktian ke depannya.

Coki kemudian menegaskan jika agnotis ini lebih kepada ingin jadi atheis atau tidak percaya Tuhan, namun takut akan dosa.

"Agonistik (bahasan agnotik) ini mengawali percakapan yang menarik," ujarnya.

Komika Coki Pardede menyampaikan permintaan maaf kepada publik dihadapan awak media saat rilis kasus narkoba yang menjeratnya di Polres Metro Tangerang Kota, Sabtu (4/9/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]
Komika Coki Pardede menyampaikan permintaan maaf kepada publik dihadapan awak media saat rilis kasus narkoba yang menjeratnya di Polres Metro Tangerang Kota, Sabtu (4/9/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]

Dipaparkan Coki, kenapa dia mengklaim agnotis.

Nanti pembahasan akan berlanjut pada pembuktian ilmiah atau tidak ilmiah. Sehingga dalam perdebatan itu, komika yang tergabung dalam Mejelis Lucu Indonesia (MLI), merasa perdebatan itu sendiri akan mengecilkan makna zat Tuhan tersebut.

"Mau percaya atau tidak percaya, tapi diskusi itu akan mengecilkan makna itu. Tapi jika tidak stop pembahasan keberadaan, namun lebih masuk ke ranah filosofi, dan terlihat pada tindakan maka Lu akan mendapatkan manfaat akan hal tersebut," sambung Coki.

Coki menjelaskan bagaimana harapan pada seorang agnotis bekerja. 
 
“Kerena dari temen-temen itu (Agnotis) tidak mamasukkan faktor x, bagi sebagian orang menyebutnya God, maka dalam hidup mereka, dalam hal apapun telah melakukan kalkulasi dalam hidupnya," Imbuh Coki.

Orang agnotis punya mental untuk lebih bersiap memahami hidup.

"Jika pada sesuatu, sudah ada base skanerionya. Sudah ada materi prepare (persiapan). Karena sudah bersiap untuk itu (hidup), maka jika hidup tidak sesuai sesuai (harapan), agnotis merasa lebih bersiap," katanya.

Atas pemahaman itu, mereka yang agnotis memahami jika dengan cara begitu dunia ini bekerja. Dengan pemahaman tersebut, maka tidak ada pula yang bisa disalahkan.

"Aneh memang, tapi memang begitu kenyataannya. Mereka yang memiliki sistem kepercayaan dan memasukki tuhan sebagai faktor X, maka jika gagal maka mereka bisa langsung mengadu ke faktor x. Karena teman-teman (agnotis) tidak memasukkan faktor x, maka tidak terpikirkan hal tersebut," terang Coki.

Ia pun berpendapat pilihan tersebut sangat manusiawi.

"Masak ada si cok? jika kucing mati, tidak mungkin berteriak pada naga buat menyelematkannya. Jadi memang, tidak semua orang bisa memiliki jenis pemikiran seperti ini (agnotis) karena akan langsung dihajar memahami jika dunia ini keras," pungkas Coki.

Kini Coki menjalani rehabilitasi setelah polisi memutuskan dia sebagaii korban penyalahgunaan narkoba sejak ditangkap pada pekan lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini