
Budayawan Kota Palembang Vebri Al Lintani menilai ada narasi mengenai pempek yang harus dikoreksi. Misalnya pempek yang merupakan makanan berbahan daging ikan dan tepung dipasarkan pertama kali di tahun abad 16 oleh pedagang menggunakan sepeda, maka itu keliru.
Mengingat saat abad tersebut Palembang merupakan masyarakat berkehidupan air atau sungai, sehingga belum mengenai jalan. Pembangunan jalan di Palembang baru dilakukan pada abad ke 18.
Lalu jika abad 16 dikatakan pempek telah dijual pada masa Sultan Mahmud Badaruddin II maka hal tersebut juga perlu dikoreksi. Karena Sultan SMB II diasingkan ke Ternate pada tahun 1821, bukan abad 16.
Kemudian pempek terus dimasak dan dikonsumsi oleh masyarakat Palembang belum untuk diperjualbelikan.
Baca Juga:Ini Penyebab Angka Kemiskinan Sumsel Naik, Tergolong Daerah Termiskin
Salah satu penyebab mengapa jenis pempek banyak kreasikan, karena ada tradisi perempuan Palembang yang harus bisa masak saat menginjak usia dewasa.
Baru kemudian, sejarah mengatakan jika pempek dijual oleh pedagang yang bermungkinan etnis China kemungkinan terjadi pada abad 19.
Namun belakangan, setelah seorang yang mungkin berketurunan Tionghoa lebih akrab dipanggil apek menjual makanan.
Kejadian itu diperkirakan sekitar tahun 1916, maka nama kelasan lambat laun berubah. Masyarakat cendrung mengenal pempek berasal dari nama penjual pempek tersebut ketika memanggilnya.
"Apek, apek.. penjual makanan, jadinya pempek," ujar Vebri, Sabtu (20/2/2021)
Baca Juga:Resmi, Bangunan Pemerintahan di Sumsel Wajib Ornamen Tanjak
![Pempek panggang Palembang [Jepretan Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/12/31/81286-pempek-panggang-palembang-jepretan-instagram.jpg)
Sosialisasi sejarah pempek ini dilakukan di toko-toko makanan terkhusus toko pempek di Palembang.