Ini Penyebab Angka Kemiskinan Sumsel Naik, Tergolong Daerah Termiskin

Sumsel masuk 10 provinsi termiskin di Indonesia saat pandemi ini.

Tasmalinda
Jum'at, 19 Februari 2021 | 16:02 WIB
Ini Penyebab Angka Kemiskinan Sumsel Naik, Tergolong Daerah Termiskin
Pasar tradisional [dok. istimewa] Angka kemiskinan di Sumsel meningkat, ini penyebabnya.

SuaraSumsel.id - Angka kemiskinan Sumatera Selatan meningkat pada September tahun lalu. Angka kemiskinan ini lebih buruk dibandingkan pada bulan Maret pada tahun yang sama, di mana awal mula pandemi di Sumatera Selatan.

Selama pandemi ini, angka kemiskinan akhirnya tergerus makin tajam, malah lebih buruk dibandingkan dua tahun sebelumnya. Berdasarkan grafik angka kemiskinan, kondisi kemiskinan di Sumatera selatan (Sumsel) ini hampir mirip saat Oktober 2017 lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan di Sumsel meningkat menjadi 12,98 persen atau mengalami kenaikan 0,32 pesen dibandingkan pada Maret 2020.

Pada awal mula terjadi pandemi, Maret 2020, angka kemiskinan di Sumsel sebesar 12,66 persen. Dengan angka kemiskinan demikian, maka jumlah masyarakat miskin di Sumsel mencapai 1.119.650 orang.

Baca Juga:Pulau Kemaro Palembang Masuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

Jumlah itu meningkat sebanyak 380.070 orang dibandingkan pada bulan Maret, dimana angka kemiskinan 1.081.580 orang.

BPS juga menyatakan kenaikan angka kemiskinan karena pengaruh kenaikan harga komoditas. Pada periode enam bulan yakni Maret-September 2020, harga eceran komoditas pokok mengalami kenaikan, seperti halnya daging sapi, susu kental manis, minyak goreng, dan tepung.

Pedagang berjualan daging sapi di Los Daging Pasar Ciroyom, Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/1/2021).ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Pedagang berjualan daging sapi .ANTARA FOTO/Novrian Arbi

Pada situasi tersebut, faktor-faktor kemiskinan di Sumsel antara lain:

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Naik

Pada Agustus 2020, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumsel naik sebesar 5,51 persen. Terjadi kenaikan sebesar 0,98 persen poin dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar 4,53 persen.

Baca Juga:Berubah Nama Piala Menpora 2021, Palembang Masuk Tuan Rumah Alternatif

Tenaga Kerja Terdampak Covid-19 sebanyak 597.880

Sebanyak 597.880 penduduk usia kerja atau 9,48 persen terdampak Covid-19 pada Agustus 2020, dengan rincian mereka menjadi pengangguran sebanyak 49 800 orang.

Selain itu, 14.200 penduduk berubah menjadi bukan angkatan kerja, 40.990 penduduk sementara tidak bekerja dan 492.900 penduduk Sumsel bekerja mengalami pengurangan jam kerja atau shorter hours.

Petani memanen buah kelapa sawit di ladangnya, Nagari Tapakis, Padangpariaman, Sumbar. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Petani memanen buah kelapa sawit di ladangnya, Nagari Tapakis, Padangpariaman, Sumbar. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Harga komoditas sawit rendah

Perkembangan harga rata-rata komoditas sawit rakyat yang menurun periode Maret 2020 - September 2020 menurun dari Rp 129.915 per TBS menjadi Rp 127.455 per TBS.

Upah buruh tani turun

Terjadi penurunan upah buruh tani dari Rp 1.585.000/bulan kondisi Februari 2020 menjadi Rp 1.507.000/bulan kondisi Agustus 2020.

Konsumsi Rumah Tangga Terkontraksi

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) TW III 2020 mengalami kontraksi sebesar 4,36%.

Angka itu, jauh di bawah pertumbuhan Triwulan III- 2019 sebesar 4,12%.

Menanggapi kondisi ini, Wagub Sumatera Selatan, Mawardi Yahya menilai angka kemiskinan memang menjadi permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah saat ini.

"Bagaimana kita mau meningkatkan ekonomi aktivitas, masyarkat harus terus berjalan namun dihambat oleh protokol kesehatan. Sehingga pasti ada stimulan yang dikeluarkan bagi masyarakat karena Indonesia bersatu, memberikan bantuan," ucapnya.

Reporter: Fitria.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini