Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Jum'at, 27 Juni 2025 | 12:42 WIB
Ilustrasi bisnis penjualan mobil di Sumatera Selatan

SuaraSumsel.id - Para pelaku usaha otomotif di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menyuarakan harapan kepada pemerintah daerah agar memberikan relaksasi atas kebijakan opsen pajak kendaraan bermotor yang diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2022.

Mereka menilai, kebijakan tersebut perlu dikaji ulang agar tidak semakin membebani industri otomotif yang saat ini tengah mengalami tekanan pasar.

Salah satunya disampaikan oleh Biyouzmal, Regional Business Head Auto2000 Sumatera, yang menjelaskan bahwa pasar otomotif di Sumsel mengalami penurunan signifikan.

Berdasarkan data per Mei 2025, total penjualan kendaraan baru di wilayah ini hanya mencapai 1.800 unit, turun dari sekitar 2.300 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya. Artinya, terjadi penurunan sekitar 21 persen secara year-on-year (YoY).

Baca Juga: BRI RO Palembang Wujudkan Budaya Anti Fraud Lewat Training RORC 2025

“Pasar kita sedang menurun. Kalau tidak ada intervensi seperti relaksasi pajak, tren ini bisa terus berlanjut dan berdampak terhadap pendapatan daerah,” ujar Biyouzmal.

Dampak Langsung pada Pendapatan Daerah

Menurunnya angka penjualan kendaraan bermotor bukan hanya menjadi pukulan bagi industri otomotif, tetapi juga berimbas pada pendapatan asli daerah (PAD).

Seperti diketahui, sektor otomotif, khususnya dari pajak kendaraan bermotor, merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi pendapatan daerah Sumsel.

Jika penjualan kendaraan menurun drastis, maka potensi penerimaan dari pajak tahunan, bea balik nama (BBNKB), dan opsen pajak pun akan ikut terdampak.

Baca Juga: Turun Lagi! Harga Emas Antam Hari Ini di Palembang Jadi Rp1,9 Juta per Gram

Dengan kata lain, efek domino ini bisa melemahkan berbagai program pembangunan daerah yang sangat bergantung pada pendapatan sektor tersebut.


Gubernur Sumsel: Harus Seimbang antara Pendapatan dan Daya Beli

Melansir ANTARA, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menegaskan pentingnya keseimbangan dalam penerapan kebijakan opsen pajak kendaraan.

Menurutnya, kebijakan ini tidak bisa dipandang dari satu sisi semata, melainkan harus dikaji dari tiga perspektif utama.

Pertama, penerimaan daerah tetap harus terjaga karena pajak kendaraan merupakan tulang punggung pembiayaan pembangunan di Sumsel.

Kedua, daya beli konsumen perlu dilindungi agar masyarakat tidak terbebani secara berlebihan oleh biaya kepemilikan kendaraan.

Ketiga, keberlangsungan usaha pelaku otomotif juga harus dijaga, mengingat sektor ini menyerap banyak tenaga kerja dan menjadi motor penggerak ekonomi daerah. “Kita harus duduk bersama dan mencari solusi yang saling menguntungkan,” tegas Herman Deru.

“Saya sudah instruksikan agar semua pihak duduk bersama—pemerintah, pelaku usaha, dan pihak terkait—agar bisa membuat kebijakan yang seimbang,” kata Herman Deru.

Ia menambahkan bahwa sektor otomotif adalah penggerak ekonomi yang memiliki multiplier effect tinggi, karena menyerap tenaga kerja, memicu konsumsi sektor lain, dan berkontribusi besar terhadap pajak daerah.

 Solusi Win-Win Masih Dimungkinkan

Biyouzmal meyakini bahwa dengan adanya relaksasi pajak opsen, setidaknya pasar otomotif di Sumsel bisa kembali bergerak naik.

“Kalau beban pajak lebih ringan, konsumen akan lebih percaya diri membeli kendaraan, dan itu artinya pemasukan daerah pun ikut terdongkrak. Jadi, ini bukan soal meringankan industri saja, tapi juga soal menjaga kestabilan ekonomi daerah," ucapnya.

Hingga kini, diskusi antara pemangku kepentingan dan Pemerintah Provinsi Sumsel masih terus berlangsung.

Pelaku usaha berharap keputusan akhir bisa menghasilkan solusi win-win bagi semua pihak.

Load More